Senin, 14 Desember 2009

Anak Jadi Alasan

Anak sering jadi kambing hitam kalau orang tuanya sedang malas bersosialisasi atau sedang ada masalah. Kasian juga anak itu, tapi apa boleh buat, ketika sang mama malas datang arisan atau terlambat datang, sang mama bisa dengan entengnya mengatakan : anak ku ini rewel banget jadi aku terlambat maaf ya....padahal terkadang kejadian sebenarnya tidak seperti itu.
Atau ada juga, orangtuanya sedang ada masalah sehingga mau gak mau harus mengosongkan rumah maka biasanya ia akan bilang ke tetangga alasan ia pindah adalah karena anaknya yang sudah tidak betah lagi tinggal di situ. Kasihan si anak tapi apa boleh buat, untuk menyelamatkan muka orang tua terkadang anak juga dikorbankan.
Tapi terkadang anak juga bisa menyelamatkan rumah tangga yang akan retak, karena kasihan dengan anak maka kedua orang tua tidak jadi bercerai. ( elizatri )

Senin, 19 Oktober 2009

Panas dan Terik

Siang ini sangat panas. Angin yang terbawa pun gak kalah panas nya. Matahari sangat menyengat. Panas dan terik kalimat yang tepat untuk mengungkapkannya. Aku berlindung di bawah payung. Takut hitam kataku. Tetapi, panas tidak mau mengalah, payung hijau pun tertembus dengan ganas nya. Tiba tiba aku tertegun melihat anak kecil itu, dengan seragam merah putihnya ia berjalan di atas aspal yang tidak berbelas kasihan menyodorkan panas. Dengan santai ia berjalan, tanpa canggung sedikitpun ia menenteng sepatu sekolahnya dan berjalan di bawah terik nya matahari. Saat kutegur, ia hanya diam acuh tak menghiraukan panas matahari yang sangat menyakitkan. ( elizatri )

Jumat, 07 Agustus 2009

Marah dulu.....

Anak itu lucu sekali, bicara nya yang masih cadel membuat orang yang mendengar semakin gemas ingin mencubit.
Kulit putih, mata bulat, tangan kaki gempal dan pipi kemerahan membuat anak itu disenangi orang yang pertama kali melihatnya.
Orang yang menatap mata bulat nya untuk pertama kali pasti langsung jatuh cinta. Mungkin seorang penjahat bertangan dingin pun akan tersentuh hatinya melihat anak yang sangat menawan itu.
Tapi sayangnya, kadang anak itu membuat “ ill feel “ orang disekitarnya. Saat ia sedang marah karena keinginan nya tidak dituruti, ia akan membanting dan melempar apa saja yang ada di dekatnya. Tapi lucunya, sesaat setelah ia marah, ia akan menyesal. Dengan menempel – nempelkan badan nya yang gempal ke orang yang dimarahi nya tadi, sudah merupakan pertanda ia menyesal sudah marah – marah.Hm…mudah – mudah an saja sifat “marah dulu menyesal kemudian” dari anak itu tidak terbawa sampai dewasa. (elizatri)

Kamis, 21 Mei 2009

Seperti di Televisi

Aldi terus merengek meminta ikut sang papa untuk pergi ke rapat RT (rukun tetangga). Pak Yono tidak bisa menolak kemauan anak nya karena jika tidak dituruti ia akan membanting banting pintu.
Sebenarnya Pak Yono serba salah, sudah sering anak nya membuat ulah saat rapat sedang berlangsung. Makanya Pak Yono enggan membawa Aldi kali ini.
“Oke..kamu boleh ikut, tapi janji sama papa tidak boleh nakal” jawab Pak Yono setelah Aldi merengek kesekian kalinya.
“Horeeeeee…” jawab Aldi si rambut keriting melonjak lonjak kegirangan.
Sesampainya di balai pertemuan, Aldi langsung loncat dari motor besar Pak Yono.
“Aldi..ingat kata papa, tidak boleh nakal” seru Pak Yono memperingatkan.
“Iya pa…” Aldi menjawab singkat kemudian menghilang menuju kerumunan anak anak kecil yang lain yang memaksa ikut orang tua mereka masing masing , seperti Aldi.
Rapat baru berlangsung setengah jam, ketika Pak Yono melihat Aldi terengah engah mendatangi ruang rapat dengan keringat bercucuran karena asyik berlarian dengan teman teman nya.
Belum sempat Aldi bersuara memanggil papa nya, Pak Yono buru buru sudah menempelkan jari telunjuk di bibir tanda ia tidak boleh diganggu.
Aldi yang sudah janji dari rumah tidak nakal, akhirnya mengurungkan niat untuk mengajak bicara sang papa yang sedang serius di tengah rapat.
Sekitar 10 menit kemudian, terdengar suara lantang Pak Satpam berbicara ke Aldi
“Ya ampun…..Aldi…..bapak kan sudah bilang jangan minum di situ, kok diulangi lagi, gimana tho ini….aku bilangin papa mu lho”
Pak Yono yang mendengar suara Pak Satpam memanggil Aldi buru buru keluar ruangan dan betapa kaget nya ia. Ia melihat Aldi sedang asyik minum air dari kran di samping balai rapat.
“Astaga Aldi, papa kan sudah bilang jangan nakal” seru Pak Yono
“Papa..ini kan bukan nakal, Aldi haus, Aldi ingat film orang bule di televisi kemarin, mereka kalau haus kan minum air kran” jawab Aldi dengan wajah polos nya. (elizatri)

Kamis, 07 Mei 2009

Memutus Rantai ( Indah, gelap dan terang bagian 3 )

Namanya Ayu, usia nya baru genap 7 tahun. Kalau dipikir Ayu memang masih tergolong anak kecil yang mempunyai hak untuk bermain. Ia memang bermain, tetapi di jalanan yang penuh dengan debu dan polusi.
Rambutnya yang halus panjang, tergerai begitu saja. Sudah tampak warna warna kemerahan oleh oleh dari terik nya matahari. Wajah nya yang polos sudah menunjukkan bibit kecantikan. Orang yang melihat pasti sudah bisa menebak seandainya dia didandani , penampilannya gak akan kalah dengan artis cilik yang sedang ngetop saat ini.
Dengan memegang potongan kayu yang sudah diikat dengan tutup tutup botol bersoda, ia mendatangi kendaraan mewah satu persatu saat lampu merah.
Hasil yang diperoleh tidak banyak, tetapi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya untuk jajan dan membeli sesuatu yang dia inginkan untuk anak seusianya.
Ia terpaksa melakukan ini semua, karena tidak ada pilihan lain, kakak nya yang bernama Indah sudah tidak bisa lagi memberikan ia uang jajan.
Ayu sangat mengagumi sang kakak, Ayu ingin seperti kakak nya kelak.
“ Kenapa kamu ingin seperti aku dik?” tanya Indah di suatu sore
“ Aku ingin cantik seperti kakak, pakai baju bagus, wangi, berdandan , dan pergi naik motor atau mobil keren…” jawab Ayu sambil memandangi kakak nya yang sedang ber dandan.
Indah hanya menunduk, menyimpan air mata yang menggenang di kelopak bawah matanya.
“ Kamu tidak boleh seperti aku dik, kamu harus belajar yang giat, kakak akan berusaha sekuat mungkin untuk membuatmu pintar “ Indah menjawab sambil memalingkan wajahnya yang sudah hampir basah oleh air mata.
“ Tapi kak… ibu pernah cerita, dulu ibu juga seperti kakak, tapi karena sekarang ibu sudah sering sakit aja jadi ibu tidak bisa cantik seperti kakak… “ Ayu memprotes karena ditolak keinginannya untuk menyamai sang kakak.
“ Ayu… kamu masih terlalu kecil, kakak tidak bisa cerita sekarang, tapi satu hal yang harus kamu ingat… kakak melakukan kesalahan karena meniru ibu, jangan kamu melakukan hal yang sama….demikian juga jika kakak punya anak gadis kelak, kakak tidak akan pernah mengijinkan ia menyamai kakak, kamu harus berani memutus rantai ini. “ Indah berusaha meyakinkan Ayu dengan jawabannya.
Ayu hanya mengerutkan dahi tidak mengerti…..terutama dengan perkataan kakak nya soal memutuskan rantai…. Apa sih yang dimaksud dengan memutuskan rantai ini…Ah..nanti akan kucari tahu sendiri jika aku sudah dewasa kelak. ( elizatri )

Minggu, 03 Mei 2009

Panjang Umur

Anak itu mendengarkan bujukan ibu nya untuk mau makan sayur. Ia mendengarkan dengan penuh konsentrasi.
“Ayo sayang…kamu coba ya sayur ini… hm… enak lho….” Ibu nya mencontoh kan sambil memakan sendiri bayam yang ada di piring dengan ekspresi dibuat seolah olah itu adalah makanan terlezat di dunia.
Anak itu tetap mendengarkan dengan penuh konsentrasi tapi sambil membekap mulutnya sendiri dengan telapak tangan mungil nya.
“Sayang…kalau kita banyak makan sayur…kita bisa lebih sehat dan panjang umur, coba lihat nenek, sekarang masih sehat , padahal umur nya sudah 80 tahun” ibu nya masih tersenyum membujuk.
Tetapi setelah satu jam berlalu dan anak itu tidak mempan dengan rayuan sang ibu, akhirnya ibu nya beristirahat membujuk dengan duduk kelelahan di meja makan.
Tanpa terasa, sang ibu tertidur di meja makan dan terbangun ketika sayup sayup terdengar suara anak nya berceloteh ke nenek yang sedang duduk menonton televise.
“Nenek…aku punya tebakan…sapi dan singa umur nya lebih panjang siapa?” tanya anak itu dengan wajah menggoda nenek yang sedang asyik menonton televise.
“Nenek gak tau sayang…” jawab nenek sambil mengangkat sang cucu dan menduduk kan di pangkuan nya.
“Lebih panjang umur sapi dong nek…soalnya kata mama kalau suka makan sayur umur nya bisa lebih panjang…. kan singa gak suka makan sayur….jadi dia lebih pendek umur nya” jawab anak itu dengan bangga karena sudah bisa membuat tebak tebak an yang menurutnya sangat menarik.
Hmmm…. Sang ibu yang mendengarkan celoteh anak nya cuma bisa tersenyum dan kembali berusaha membujuk si anak untuk mau makan sayur nya. ( elizatri )

Selasa, 28 April 2009

Demi Anak ( Indah, gelap dan terang bagian 2 )

Akhirnya Indah membiarkan mahluk hidup itu tetap bertumbuh di rahim nya. Ia sudah me masrah kan hidup nya. Keluh kesah orang tua dan adik nya yang sulit mencari nafkah membuat ia nekat bekerja lagi dengan perut sebesar itu.
Pria pria yang tadi nya sangat bergairah melihat nya hanya mencibir tak ber selera. Tetapi ada juga yang tetap menginginkan nya meskipun ia harus rela dibayar lebih murah.
“ Aku harus mematikan perasaan ku, sekarang aku harus berjuang tidak hanya untuk orang tua ku , adik ku , juga demi anak ku yang akan kulahirkan “ Indah menutup mata membiarkan harga diri nya di rendahkan .Indah melahirkan sebelum waktu nya, karena ulah pria tua yang kelewat batas malam itu. Cairan ketuban mengalir seperti urine. Indah menahan semua rasa sakit.. demi anak ku… demi anak ku…. Sakit di dalam hati, sakit di badan , sudah tidak ada rasanya sama sekali. ( elizatri )

Senin, 20 April 2009

Bahagia ( Diary Ibu Penjual Sayur 3 )

Hari ini aku bahagia sekali, anak ku yang pertama, seorang pemuda tampan sudah memutuskan untuk berjualan bersamaku. Ia yang kuharapkan menjadi tempatku bergantung kelak akhirnya memutuskan untuk mencari nafkah membantuku.
Tidak sia sia doa ku selama ini, memohon supaya dia bangkit dari rasa rendah diri nya. Aku tahu, memang aku tidak bisa menyekolahkan dia sampai perguruan tinggi, tetapi aku berharap dengan bekal SMA nya dia mau berusaha dari bawah.
Selama ini memang dia selalu menolak bila kuajak berjualan sayur, dia merasa harga dirinya terinjak injak menjadi pedagang sayur keliling. Ia selalu mengatakan ingin pekerjaan yang lebih bergengsi seperti supir taksi atau supir pribadi.
Tetapi, berkali kali sudah ia mencoba selalu gagal bertahan di pekerjaan itu. Aku hanya berpikir positif bahwa, rejekinya bukan di sana. Sehingga, aku tak pernah lelah membujuk nya berjualan bersama ku. Meskipun, ia sering kali marah merasa terhina. Tetapi, aku selalu meyakin kan nya bahwa, aku bisa menyekolahkan dia sampai SMA ya karena gerobak sayur ini.
Hari ini hari paling bahagia dalam hidup ku ketika mendengar dia bangkit dari ke gengsian nya dan berteriak lantang “ SAYUR…” Ternyata, rasa bahagia itu bisa timbul karena apa saja, bukan hanya dari materi yang berlimpah. ( elizatri )

Rabu, 11 Maret 2009

Siapa Nama mu?

Anak ber mata bulat itu hanya melotot memandang orang orang yang dengan ramah menanyai namanya.
“ Hai anak manis, siapa nama mu ?” seorang ibu bertanya dengan gemas sambil mencubit pipi nya
“ Gak tahu” anak itu menggelengkan kepala dan yang tampak hanya pipinya yang bergelambir bergerak gerak.
“ Sayang, masak kamu gak punya nama?” ibu itu bertanya lagi sambil merapikan rok panjang anak itu yang terlihat kusut.
“ Gak ada “ sekali lagi anak itu menggelengkan kepala sambil menengadahkan wajah nya yang bulat ke ibu itu.
Ibu itu semakin gemas melihat anak polos itu yang tidak tahu siapa namanya.
Sesaat kemudian, beberapa anak kecil lari mendekat ke arah anak ber mata bulat itu berdiri, rupanya mereka adalah teman bermain anak itu.
“ Ayo main “ ajak salah satu dari mereka
“ Eh..tunggu dulu, nama kalian siapa ?” ibu tadi bertanya kepada teman teman anak bermata bulat itu
“ Aku Ira…ini Sisil…ini Ani…dan yang ini..aku gak tahu namanya “ jawab yang bernama Ira tadi sambil terakhir menunjuk ke arah anak bermata bulat itu.
“ Jadi kalian tidak tahu siapa nama teman mu ini?” Ibu itu menunjuk ke arah anak bermata bulat .
“ Gak tahu..” jawab Ira, Sisil dan Ani serempak
“Nak, masak kamu gak tahu siapa namamu?” tanya ibu itu lagi penasaran
Anak bermata bulat, ber pipi gelambir menggemaskan dan berperut buncit itu menggelengkan kembali kepalanya, kemudian ia berlari mengikuti ke tiga orang temannya.
Ibu itu hanya tersenyum melihat anak anak itu bermain, ia tak habis pikir bagaimana anak itu tidak tahu siapa nama nya . Padahal, biasanya seorang anak akan dengan bangga menyebutkan namanya bila ditanya. Apalagi bila namanya sama dengan sosok orang terkenal. Tapi ternyata tidak untuk anak ini. Entah memang dilarang orang tuanya untuk memberi tahu namanya kepada orang asing, atau memang tidak diberitahu siapa namanya sejak kecil…. ( elizatri )

Kamis, 05 Maret 2009

Indah, Gelap dan Terang

Nama nya Indah, tetapi tidak sepadan dengan hidup nya yang kelam. Hari ini ia tertegun melihat klinik gelap yang biasa membantu nya mengatasi masalah sudah ditutup.
Tidak tahu lagi kemana ia harus mencari pertolongan akan perbuatannya.
Ia sadar penuh dengan “ kegelapan “ yang sudah dilakukan nya selama ini. Tetapi, apa lagi yang bisa diperbuatnya untuk mencari sesuap nasi dan membiayai orang tua dan adik adik nya?
Berbagai cara sudah dilakukan nya untuk meng “ enyah “ kan mahluk hidup yang tumbuh di tubuhnya. Ia membayangkan hidup tanpa uang jika ia berani membiarkan mahluk hidup itu terus berkembang. Ia merasakan ketakutan atas sesuatu yang belum terjadi.
Sepanjang jalan dari klinik gelap yang sangat membantunya selama ini, ia melihat seorang ibu menggandeng dua orang anak nya. Hati nya miris, membayangkan seharusnya ia sudah seperti itu bila ia tidak pernah meminta pertolongan klinik gelap ini.
Hatinya menjerit, ia merasa selama ini tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih gelap atau terang. Karena, jalan yang tampak di matanya selama ini hanya pilihan untuk “ kegelapan “ . ( elizatri )

Minggu, 01 Maret 2009

Yang Terbaik

Seorang anak bermain main dengan macaroni snack yang diberikan oleh ibu nya. Anak itu terlihat tidak terlalu ber selera dengan jajanan ringan tersebut. Ia hanya memain mainkan snack tersebut tanpa ada satupun yang dimakannya.
Sang ibu terlalu lelah memperhatikan apa yang dilakukan oleh anak nya. Ibu itu hanya duduk diam memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh anak kesayangannya.
Setelah bosan mengacak acak macaroni snack yang sudah penuh dengan kotoran dari tangan nya, anak tersebut mulai mengeluarkan macaroni tersebut dari kantong nya dan mulai mencoba menggigit satu dua buah.
Satu buah macaroni sudah berhasil masuk ke dalam mulutnya dan dikunyah sampai habis. Ia tidak begitu menikmati rasa, tetapi yang dia nikmati adalah kepuasan bermain dengan makanan yang ada ditangannya.
Satu jam berlalu, tiba giliran macaroni snack yang terakhir untuk dimasukkan ke mulut, tetapi ternyata makanan tersebut terlepas dari tangan nya. Makanan tersebut terjatuh ke lantai yang penuh dengan kotoran alas kaki orang orang yang lewat. Sang anak melihat makanan nya terjatuh dan ia mulai beranjak dari kursi yang didudukinya, berusaha mengambil kembali untuk dimasukkan ke mulut.
Ibunya, tiba tiba beranjak juga dan mengambil makanan tersebut hendak dibuang ke tong sampah. Anak itu tidak terima mainan nya dibuang, akhirnya ia merengek rengek meminta mainan nya kembali.
Ibunya yang sudah terlalu lelah dan kebetulan tidak dapat menemukan tong sampah, akhirnya menyerahkan kembali makanan yang sudah terjatuh itu kepada anaknya. Serta merta, anak itu berteriak kegirangan mainan nya telah kembali dan cepat cepat dimasukkan ke dalam mulutnya.
Ibunya hanya melihat dengan menghela napas kelelahan, tampaknya ia sudah memberikan yang terbaik untuk anak kesayangannya. Ia sudah lelah memikirkan apakah keputusannya memberikan makanan yang sudah terkontaminasi itu baik atau tidak, karena yang ada dalam pikirannya sekarang hanyalah membuat anak nya senang adalah cara terbaik menyayanginya. ( elizatri )

Rabu, 25 Februari 2009

Aku Ingin Hidup ( 2 )

Sejak enam bulan yang lalu mama sibuk dengan hura hura nya, aku tidak pernah lagi merasakan dekapan mama saat malam hari aku akan membaringkan diri.
Semua berawal dari kedatangan pria ber mobil itu yang terus menjemput mama. Aku tahu, mama membutuhkan uang untuk membelikan ku susu dan untuk membiayai kebutuhan orang orang di rumah yang bergantung padanya. Tetapi, apakah harus dengan cara hura hura setiap malam hari ?
Aku selalu terbangun setiap mendengar suara gaduh mama saat pulang. Aku selalu mendengar pertengkaran mama dengan nenek ku yang lumpuh. Aku selalu mendengar mama berbicara tidak jelas . Aku tahu, kebiasaan mama minum sampai mabuk kambuh kembali.
Sejak aku lahir, mama memang tidak pernah mabuk lagi. Tapi ketika mama harus menemani pria ber mobil itu berhari hari, kebiasaan mama ku kambuh kembali.
Aku tahu, bukan ini kemauan mama, tetapi yang aku tidak tahu kenapa mama selalu memilih jalan ini untuk mencari uang.
Aku memang ingin hidup mama, tetapi bila aku harus hidup dengan penderitaan mu, aku merasa bersalah karena nya. ( elizatri )

Rabu, 18 Februari 2009

Seluruh Hidupku ( Catatan Kecil Ibu Irma )

Hari ini aku mengenang kembali kejadian lima tahun silam saat aku mengetahui diriku hamil. Anak yang kuperoleh dengan susah payah lahir 9 bulan kemudian setelah diriku dinyatakan hamil melalui proses bayi tabung.
Saat aku menjalani proses bayi tabung itu, kurasakan berat sekali, tetapi karena sudah kupersiapkan mentalku sedemikian tegar, aku siap saat tiba waktunya. Buah dari ketekunanku menjalani program ini terjawab sudah saat dokter menyatakan diriku positif hamil.
Selama proses itu, aku harus mengorbankan diriku setiap hari disuntik jarum menyakitkan untuk hormone ku. Tetapi anehnya, hal itu tidak membuatku sakit, karena rasa bahagia ku mengalahkan rasa sakit itu.
Program yang berjalan tidak lebih dari 3 bulan itu, memasuki puncaknya saat aku diketahui hamil. Aku tahu, tanggung jawabku besar terhadap anak ini kelak. Aku tidak mau menyia nyiakan dia dengan memberinya setengah dari yang kupunya. Aku akan memberikan seluruh hidupku untuknya.
Aku tidak akan menitipkan dia kepada siapapun juga sampai aku yakin dia akan baik baik saja saat kutinggal. Karena aku masih ingin melihat anak kebanggaanku tumbuh remaja sepuluh tahun lagi. ( elizatri )

Kamis, 12 Februari 2009

Sepuluh Tahun Lagi ( Catatan Kecil Ibu Irma )

Hari itu saya melihat tetangga di depan rumah saya kedatangan tamu. Mereka berdua kedatangan seorang ibu tua menggendong anak berusia dua tahun an. Kelihatannya ibu itu adalah kerabat mereka yang baru datang dari luar kota.
Anak itu tampak lekat sekali dengan ibu tua tadi. Tampaknya sudah bagaikan perangko yang tidak mau lepas. Tetangga saya yang merupakan pasangan muda berusia dua puluhan tampak hanya menikmati kelekatan ibu tadi dengan anak yang digendongnya, mereka berusaha mengambil alih gendongan tersebut tapi anak itu hanya diam melotot.
Saya berpikir, tetangga saya adalah om dan tante dari anak itu.
Yah hal yang biasa memang, seorang anak kecil belum mau digendong oleh orang yang baru dikenalnya.
Ibu tua tadi menginap seminggu lebih di rumah tetangga saya. Selama satu minggu itu, saya melihat anak itu benar benar tidak mau lepas dari gendongan ibu tua tadi. Tetangga saya yang merupakan om dan tante anak itu juga tampak tidak pernah bermain dan mengajak bermain anak itu. Tampaknya anak itu sudah benar benar lengket dengan ibu tua tadi dan tidak bisa terpisahkan lagi.
Sampai pada hari ini, saat saya sedang berbelanja sayur di depan rumah, saya berkesempatan berbincang dengan ibu tua itu.
“Ibu..itu cucunya ya?”
“Iya mbak…ini cucu saya” jawab ibu tua tadi
“Bapak ibu nya gak ikut?” tanya saya
“Lho , bapak ibu nya kan Mas Hadi, anak saya, tetangga nya mbak, yang punya rumah ini” jawab ibu tua itu dengan menunjuk ke rumah tetangga saya .
Astaga…ternyata yang saya kira om dan tante nya itu adalah orang tuanya.
“Kenapa, gak tinggal di sini bu?”
“Orang tuanya kan sibuk kasian nanti dia gak ada yang urus, jadi saya aja yang ngurus, besok saya sudah kembali lagi sama anak ini ke kampung” jawab ibu tadi dengan polosnya.
Hmmm…jadi sebenarnya itu anak siapa ? Saya masih belum habis pikir jika saya harus berpisah dengan anak saya yang berumur empat tahun. Apalagi jika sampai anak saya tidak mau saya gendong dan saya manja…alangkah sedih nya batin saya bila itu sampai terjadi. Dan, bila itu terjadi, apakah sepuluh tahun lagi saat anak saya menginjak remaja nanti dan hidup penuh dengan gejolak seperti remaja pada umumnya, mau mendengarkan semua nasihat saya bila sejak bayi tidak ada kelekatan batin dengan saya? Kalau sudah begitu, apa yang bisa kubanggakan sebagai seorang ibu? Hhhh…saya tidak bisa membayangkan bila itu sampai terjadi. ( elizatri )

Senin, 09 Februari 2009

Bangga ( Catatan Kecil Ibu Irma )

Hari ini aku bahagia sekali. Anak ku yang berumur empat tahun memenangkan lomba foto di salah satu majalah. Tidak sia sia aku mengorbankan seluruh waktu ku untuk nya.
Hari ini aku merasakan seluruh pengorbananku sangat berarti. Semua rasa lelah saat aku harus merawatnya rasanya terbayar sudah.
Sudah empat tahun ini aku berkutat dengan kesibukan yang luar biasa. Aku mengurus semua keperluan anak ku sendiri. Bukannya aku tidak mempercayakan pengasuh, tetapi aku ingin menikmati kebersamaan dengan malaikat kecilku.
Dari mulai bayi, aku mengatur makanan sehat dan bergizi untuk nya. Sampai sekarang dia berumur empat tahun pun aku masih memperhatikan asupan makanannya. Termasuk kadang kuberikan sirup yang mengandung curcuma bila ia malas makan. Terkadang timbul perasaan jenuh dan ingin kembali bekerja di luar seperti dulu. Tetapi, aku tidak bisa meninggalkan bila melihat wajah polos nya seakan mengucapkan permohonan : “ jangan tinggalkan aku ibu”
Aku tahu, mungkin aku terlalu memanjakan dirinya dan membuat dia tidak mandiri. Tetapi, ada saatnya aku juga harus bersikap tegas padanya agar ia tidak menjadi manja dan cengeng.
Mungkin, banyak ibu ibu lain yang tidak setuju dengan pola pengasuhan ku. Mungkin mereka berpikir aku salah dalam mendidik anak ku. Aku tidak menentang ataupun menerima pemikiran mereka . Karena aku tahu dan yakin apa yang sudah aku lakukan selama ini. Dan aku juga tahu inilah kebanggaanku menjadi seorang ibu. ( elizatri )

Kamis, 05 Februari 2009

Bunga

Anak kecil itu terus berjalan, berlari, kemudian berjalan lagi. Seolah tidak mengenal kata lelah. Semua yang terlihat di depan mata disentuh, dipegang dan tak jarang dimasukkan ke mulut.
Dua manusia lanjut usia yang menjaganya sudah tampak kelelahan. Napas mereka sudah sedikit tersengal karena usia mereka yang tidak dapat lagi mengimbangi mobilitas seorang anak kecil.
Di balai pengobatan yang ramai dan padat pengunjung , anak kecil itu tetap lincah berlari lari, ia tidak memahami kenapa ia berada di situ sekarang. Ia tidak menyadari bahaya tertularnya penyakit yang akan mengancam dirinya. Ia memang tidak seharusnya berada di situ di antara orang orang sakit. Tapi, karena tidak ada yang menjaganya di rumah maka ia harus ikut mengantar nenek nya yang sakit.
Wanita lanjut usia yang sedari tadi bersama seorang kakek menjaga anak kecil itu memang sedang sakit. Ia meminta tolong suaminya untuk mengantarkannya ke balai pengobatan, jadi terpaksalah mereka berdua membawa si anak kecil turut serta.
“ cucu nya sakit apa kek?” tanya seorang pasien
“bukan cucu saya yang sakit, tapi neneknya” jawab kakek itu sambil tersengal sengal kelelahan menjaga si anak kecil yang terus bergerak
“tapi, kok di bawa ke sini yang penuh dengan orang sakit?” tanya pasien tadi sambil terbatuk batuk
“terpaksa, di rumah gak ada yang jaga”
“orang tua nya ke mana?” pasien tadi terus bertanya kali ini sambil membuang dahak nya ke tanah tempat mereka berdiri.
“cari uang, makanya dititip ke saya”
“o..begitu.. nama cucunya siapa?” tanya pasien itu lagi
“bunga” jawab kakek itu sambil masih menggandeng si anak kecil yang tidak mau diam dan ingin mengorek ngorek tanah.
“bagus sekali namanya” komentar pasien itu
“iya, karena ia dianggap sebagai bunga indah bagi kedua orang tuanya, makanya mereka berdua berusaha keras mencari uang untuk kesejahteraan anak ini”
Anak kecil yang ternyata bernama bunga itu terus berusaha melepaskan diri dari sang kakek dan ingin bermain tanah di depan nya, tanah yang sudah penuh dengan dahak penyakit.
Bunga, benarkah engkau akan hidup sejahtera kelak dengan kesibukan kedua orang tuamu yang membiarkan engkau bermain di rumah nya penyakit? ( elizatri )

Minggu, 01 Februari 2009

Berkah Hujan

Hujan di beberapa kota di Indonesia selama ini menjadi momok yang menyeramkan. Karena sudah terbayang akan banjir dan jalanan yang penuh dengan genangan air. Tak bisa dibayangkan lagi bagi para korban banjir. Mungkin ini sudah meninggalkan memori trauma tersendiri.
Tetapi, ternyata di balik memori trauma, terdapat juga suatu berkah tersembunyi bagi anak anak. Mungkin dalam hal ini tidak termasuk anak anak kota yang jarang berhujan hujan an. Berkah hanya dirasakan buat anak anak yang senang bermain dengan air hujan.
Banjir, terlihat bagaikan kolam renang luas yang bisa digunakan untuk berenang bersama teman teman. Saat orang tua, mengkerutkan dahi bagaimana cara dan harus dimulai darimana untuk membersihkan genangan air yang masuk ke dalam rumah, anak anak mereka justru tertawa tawa kegirangan bisa bermain air.
Bagi mereka, hujan, banjir dan genangan air adalah berkah. Berkah di mana mereka bisa mendapat kan fasilitas bermain air gratis, dan berkah juga buat anak anak yang menyambi menjadi ojek payung.
Saat musim hujan tiba, sudah terbayang tambahan penghasilan yang akan mereka peroleh. Dengan hanya ber modal sebuah payung, mereka akan mendapatkan uang.
Jadi pada akhirnya, bagaimana kita memandang suatu peristiwa adalah kunci dalam menentukan apakah itu suatu berkah atau kah musibah. ( elizatri )

Selasa, 27 Januari 2009

Persaingan

Rambut keriting nya bertambah keriting hari ini. Anak laki laki kecil berbadan gempal itu merasakan persaingan baru saja di mulai. Dia sudah merasakan keanehan yang mendalam semenjak perut ibunya bertambah besar. Setiap hari ia harus dipaksa mengelus elus perut besar ibu nya dan harus mengatakan “ aku sayang adik”
Hari ini, untuk pertama kali nya dia melihat perut ibu nya tidak sebesar biasanya, tapi anehnya, ibu dan bapak nya selalu memusatkan perhatian kepada mahluk aneh di dalam selimut pink itu. Mereka berdua sudah tidak mempedulikan dirinya lagi seperti biasanya. Mereka berdua hanya asyik mengajak tertawa mahluk aneh dengan semua atribut pink yang menyebalkan itu.
Biasanya, ayah akan mentertawakan dia kalau dia sudah bisa melakukan hal baru, tapi kali ini boro boro ayah tertawa, melirik pun tidak. Dulu, ia bagaikan pelawak terkenal di dunia karena apa pun yang ia lakukan selalu membuat orang tuanya tertawa, tapi lain ceritanya hari ini. Bayangkan, hari ini untuk usianya yang sudah dua tahun untuk pertama kalinya dia bisa makan sendiri tanpa disuapi. Ia ingin menunjukkan hal ini kepada ayah ibu nya, tapi mereka hanya melihatnya kemudian tersenyum sambil berkata “ wah kakak hebat sudah bisa makan sendiri” setelah itu, mata mereka kembali ke mahluk aneh dalam selimut pink itu.
“Hrrrrh…..mahluk aneh itu tidak boleh merebut perhatian ayah ibu” anak laki laki kecil itu mulai mengerutkan bibir. “Aku harus ber aksi, supaya mereka memperhatikan ku lagi…Hrrrrh” dengan geram ia mulai berpikir melakukan sesuatu yang brutal untuk menarik perhatian mereka.
Maka mulai lah, persaingan yang ia buat sendiri hari ini. Dengan sembarang ia mulai mengambil apa saja yang ada di dekatnya dan mulai melempar lempar dengan sengaja supaya semuanya berantakan. Sekali ia berbuat, ibu nya mulai memperhatikan dirinya, tapi bukan dengan senyuman, hanya kalimat marah yang ia dengar “ kakak! Jangan nakal” Wah..berarti dengan cara ini aku bisa mendapat perhatian pikirnya, akhirnya untuk ke dua kalinya ia membuat kegaduhan lagi, kali ini dengan membanting pintu kemudian membukanya kemudian membanting nya lagi. Kali ini, ayahnya yang berteriak “kakak! Kenapa sih? Jangan main main pintu”
“kenapa?” kenapa ayahnya bertanya “kenapa?” Bukannya ini untuk mencuri perhatian mereka lagi? Tapi, kenapa di tanya “ kenapa?” ….anak laki laki kecil itu mulai bertanya dalam hatinya, “salah atau benar gak sih yang kulakukan hari ini?” Apakah aku sudah bukan pelawak terkenal lagi yang selalu membuat mereka tertawa, tetapi malah membuat mereka marah terus? Tapi, masa bodoh ah…yang penting aku akan meneruskan persaingan ku hari ini, untuk merebut perhatian mereka lagi dari mahluk aneh dalam selimut pink itu.

Minggu, 18 Januari 2009

Permainan Anak Anak

Meskipun ber badan kecil, anak berusia lima tahun itu termasuk anak yang mempunyai fisik kuat. Bayangkan, setiap hari ia ada di jalan, terkena panas maupun hujan, tanpa makan tanpa minum, tapi ia masih terus bersemangat.
Baginya, apa yang dia lakukan sekarang setiap hari adalah permainan. Permainan yang ia lakukan dengan sungguh sungguh. Orang orang bilang yang dia lakukan sekarang adalah “mencari nafkah”, tapi buat dia bukan mencari nafkah, tapi suatu rutinitas yang bisa dilakukan sambil bermain.
Semua berawal dari ia berumur satu setengah bulan, seumur itu memang dia belum mengerti apapun tapi, dia sudah sering merasakan panas kepanasan, dingin kedinginan. Abang yang sering menggendong waktu ia masih bayi berumur satu setengah bulan, saat itu baru berumur 6 tahun. Setelah di ajarkan singkat cara menggendong bayi, abang mencoba menggendong dirinya yang masih bayi. Pertama kali ia merasa tangan abang tidak kuat menggendong dirinya karena tangan abang kurus sekali untuk usianya yang masih 6 tahun , tapi lama kelamaan abang menjadi terbiasa. Bahkan sambil berlari pun abang bisa menggendong nya, abang sering berlari saat ada orang berseragam berlari mengejar. Biasanya abang lolos, tapi kadang juga ketangkap.
Sekarang ia sudah bukan bayi lagi tapi sudah menjadi anak berumur lima tahun, meskipun sudah berumur lima tahun, ia belum pernah belajar baca tulis. Dulu pernah saat dia kena tangkap juga sama petugas berseragam dia diajar membaca menulis. Tapi, masak iya sih dia gak boleh bermain lagi, jadi sembunyi sembunyi ia sering kabur, kembali ke permainan yang diajarkan “orang tuanya”. Ia kembali ber panas panas an atau ber hujan hujan, mendekati setiap mobil mewah yang lewat, mengetuk jendela mereka, kalau mereka tidak memperhatikan cukup tempelkan muka memelas di jendela mereka. Atau, menunggu di depan pusat perbelanjaan siapa tahu nyonya nyonya atau tuan tuan itu mau berbaik hati membagikan rejeki mereka. Yah, itulah permainan anak lima tahun berbadan kecil itu. Orang orang bilang ia “mencari nafkah”, tapi menurutnya..ia hanya bermain….

Rabu, 14 Januari 2009

Aku Harus Tegar ( Diary Ibu Penjual Sayur )

Saat yang lainnya masih terlelap aku sudah mempersiapkan gerobak sayurku. Tiga orang anak ku yang sepenuhnya menggantung kan harapan di pundak ku juga masih terlelap. Aku tidak sampai hati membangunkan mereka. Aku memang berjuang untuk kesejahteraan mereka.
Semua berawal saat ayah mereka pergi ke yang Maha Pencipta. Mulai dari saat itu, yang ada di benak ku hanya, aku harus tegar. Tentu saja aku harus tegar untuk kelangsungan rumah tangga ku, kalau bukan aku siapa lagi yang akan menjadi sandaran ke tiga anak ku?
Ibu ibu tetangga kiri kanan sering memujiku wanita tangguh. Wanita tangguh? Aku sendiri tidak pernah menganggap diriku sebegitu tangguhnya. Aku menjadi tangguh di mata mereka karena tuntutan hidup. Tuntutan hidup yang tidak bisa membuatku memilih selain aku harus tegar dan menjadi wanita tangguh.
Aku yakin, semua wanita pun bisa seperti ku jika tidak ada pilihan lain, hanya saja, yang aku sesali wanita lain menggunakan kelemahan mereka untuk bertahan hidup. Tapi, terserah lah dengan mereka, karena aku akan tetap menggunakan kekuatanku untuk tetap bertahan hidup.
Tidak peduli hujan atau panas yang sedang terjadi di atas bumi ini. Aku tidak bisa mengeluh karena tidak akan ada yang mau mendengarku. Aku akan tetap mendorong gerobak sayur ku demi sesuap nasi dan kesejahteraan keluargaku. Dan, hanya tiga kata ini yang selalu mendorong semangatku : aku harus tegar.

Minggu, 04 Januari 2009

Apa Yang Tidak Mungkin? (Diary Ibu Penjual Sayur)

Sayur…sayur….aku terus berteriak menjajakan barang dagangan ku. Aku tahu, panas sudah semakin terik, tapi aku harus terus berkeliling hari ini. Gerobak sayur ku belum kosong benar, masih ada sayur kangkung, buncis, dan kacang panjang yang sudah semakin layu. Aku tetap berharap ada yang mau membelinya.
Hari ini hari pertama ku kembali berkeliling untuk berjualan, seminggu kemarin aku benar benar tidak bisa keluar dari rumah. Aku harus menjaga cucu ku seharian suntuk. Waktu ku habis hanya untuk cucu ku yang baru berumur 1 minggu. Ingin rasanya aku mengeluh, kenapa bukan ibunya sendiri yang harus menjaga. Tapi, setiap aku melihat kondisi ibunya yang masih lemah, aku tidak tega menyuruhnya menjaga anak nya sendiri.
Anak ku melahirkan cucu ku 1 minggu yang lalu, kasihan sekali aku melihat kondisinya, air ketuban pecah tiba tiba, padahal usia kehamilannya baru 8 bulan.
Dengan motor pinjaman, aku dan menantu laki laki ku membawa anakku ke bidan untuk melahirkan. Tapi, bidan menolak, dengan alasan masih 8 bulan dan ada kelainan pada kehamilannya. Memang sih, aku tahu ini bukan hal yang normal, tapi aku memikirkan biaya bila harus kubawa ke rumah sakit.
Hhh…akhirnya dengan terpaksa kubawa anakku ke rumah sakit bersalin. Ternyata, selain akan lahir premature, cucu ku juga dalam posisi sungsang.
Sudahlah, aku semakin pasrah saja, meskipun harus di operasi. Aku tahu, seharusnya ini tanggung jawab suaminya, tapi, aku juga tahu suaminya tidak bisa membayar semua biaya. Dan, kadang itu yang menjadi penyesalanku kenapa dulu aku cepat cepat menyetujui pernikahan mereka padahal mereka berdua masih muda sekali. Belum sanggup mental jika harus menanggung beban seberat sekarang.
Naluri sebagai ibu mendorongku untuk mengesampingkan siapa yang harus bertanggung jawab. Yang penting, anak dan cucu ku selamat.
Masalah tidak berakhir setelah cucu ku lahir, aku baru tahu betapa repotnya mengurus sesuatu yang tidak normal. Cucu ku harus dirawat dengan biaya 250 ribu sehari. Oh Tuhan..aku tidak sanggup, akhirnya, setelah 3 hari ia kubawa pulang. Meskipun aku tahu tidak akan bisa memberikan fasilitas yang harus diberikan untuk bayi premature dengan berat 1,5 kg.
Dengan lampu seadanya, aku me manasi cucuku yang mungil. Semalam suntuk aku menjaganya.
Hingga hari ini, aku harus kembali berkeliling di terik matahari untuk mencari biaya merawat cucu ku. Mungkin terdengar sulit untuk menjadikan cucuku menjadi bayi montok. Tapi, apa sih yang tidak mungkin di dunia ini?Ada seorang Ibu langganan sayur ku mengatakan, ini rejeki ku, jangan ditolak dan jangan mengeluh. Hm..setelah kupikir memang sekarang cucuku ini belum terlihat nyata sebagai apa yang disebut rejeki. Tapi, aku harus terus berpikir positif, hal ini benar benar rejeki buatku. Karena , sekali lagi kukatakan…apa yang tidak mungkin di dunia ini?