Senin, 29 Desember 2008

Salah Siapa ?

Seorang bapak, kebingungan mencari biaya untuk menghidupi ke 6 anaknya. Penghasilannya cuma 600 ribu sebulan. Jangan kan buat kasih makan yang bergizi, buat sekolah anak anak nya saja udah ngutang. Apalagi kalau ditambah anak nya sakit. Terpaksa deh di kasih obat seadanya dengan harapan mudah mudah an sembuh.
Akhirnya, anak anak nya gak jelas sekolahnya, gak jelas kesehatannya, dan gak jelas kehidupannya. Sayang sekali, padahal 6 orang anak, bisa jadi 6 kepala yang otak dan pemikirannya bisa buat membantu mensejahterakan keluarganya sendiri dan mensejahterakan orang lain ( kalaupun ada yang berhasil mencetak anak anak pandai dengan perbandingan penghasilan dan pengeluaran seperti itu, tentu mereka termasuk orang tua yang pandai juga mengatur pengeluaran ).
Bapak itu pernah meminta bantuan pemerintah buat memberikan keringanan pendidikan dan kesehatan keluarganya. Pemerintah sudah memberikan tanggapan positif dengan program program nya untuk kesejahteraan pendidikan dan kesehatan orang tidak mampu (meskipun belum sempurna benar). Termasuk juga memberikan pendidikan kesehatan tentang Keluarga Berencana ( KB ).
Dan, salah siapa jika jaman sekarang ada yang tidak ber KB ? salah siapa jika harus menanggung beban sampai 6 kepala yang harus dihidupi? Tentu sudah bukan salah pemerintah lagi. Kalaupun tidak setuju dengan alat alat KB seperti pil, iud, suntik, masih ada pilihan sistem kalender. Kalaupun pakai sistem kalendar kebobolan, ya jangan sering sering. Ini semua tentu tidak berlaku buat mereka yang memang senang punya anak banyak dan penganut slogan banyak anak banyak rejeki, tapi yang jelas mereka tetap harus bertanggung jawab anak anak mereka akan menjadi orang orang yang berkualitas kelak.

Kamis, 25 Desember 2008

Harap Kembali

...Hanya memberi tak harap kembali.... aku semakin gelisah setiap mendengarnya. Anakku, di lubuk hati kecil ku yang terdalam, aku tetap mengharap kembali. Aku tetap mengharap kau mau : menggandengku ku saat nanti aku tak lagi lancar berjalan karena terlalu tua...(seperti dulu waktu aku menggandengmu mu waktu baru belajar jalan.)
Aku tetap harap kau mau menyuapiku jika nanti aku terlalu gemetar tidak bisa memegang sendok karena terlalu tua (seperti dulu aku menyuapimu waktu bayi).
Aku tetap harap kau mau membasuh kulit tua ku jika nanti aku sama sekali tidak bisa berdiri untuk mandi karena terlalu tua ( seperti dulu aku memandikanmu waktu bayi).
Aku tetap harap kau terus menjaga dan mendoakan untuk kesehatanku (seperti dulu aku selalu mendoakan dan menjaga kesehatanmu)
Dan..aku tetap harap kau akan terus mengingatku dan selalu ingin menyenangkanku di waktu kau senang (seperti dulu aku selalu mengingat dan selalu ingin menyenangkanmu di waktu aku senang).

Minggu, 21 Desember 2008

Sumber Daya Berkualitas

Pelayanan kesehatan bayi dan anak mendapatkan perhatian khusus dari setiap negara. Karena,
seorang anak bisa dianggap sebagai sumber daya yang berkualitas untuk suatu negara. Di mana, anak tersebut akan menjadi tulang punggung kemajuan suatu negara.Tapi, selain sehat, apakah semua anak bisa dianggap sebagai sumber daya berkualitas? Tergantung.
Tergantung dari seberapa besar peran orang tua, untuk menjadikan anak mereka berkualitas. Tergantung dari seberapa banyak orang tua sudah memberikan contoh contoh perilaku yang berkualitas.
Tergantung dari seberapa banyak orang tua sudah mengajarkan ajaran ajaran bermutu, untuk anak anak mereka sehingga tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas.
Tergantung dari seberapa besar orang tua sudah merawat dan menjaga anak anak mereka, sehingga mereka dapat menjadi berkualitas dengan rasa aman.Jadi, pada akhirnya seorang anak dapat menjadi sumber daya berkualitas tidak lepas dari peran orang tua dengan :
1. lebih memilih mengajak tanya jawab tentang pengetahuan yang merangsang pola pikir seorang anak daripada tanya jawab tentang gosip.
2. lebih memilih tidak bergunjing di depan anak tentang orang lain.
3. lebih memilih untuk tidak berkelakuan buruk di depan anak supaya anak tidak meniru.
4. lebih memilih untuk memberikan menu bergizi setiap saat supaya anak dapat berkembang dengan baik.
5. lebih memilih untuk meluangkan waktu bersama anak daripada menghabiskan waktu dengan tidak berguna.
6.........silahkan anda tambah sendiri, karena anda lebih tahu......

Kamis, 18 Desember 2008

Anak Manusia

Seorang ibu gendut lari mengejarku sambil mengacungkan sapu. Aku lari sekuat tenaga sambil menggigit ikan di mulutku. Aku memang lapar sekali, dan tadi kucium bau harum ikan goreng. Begitu ada kesempatan, langsung kucuri ikan tersebut. Tapi sayangnya ibu gendut pemilik rumah melihatku, dan langsung mengambil sapu untuk dilempar ke arahku.
Aku tahu, hanya ini jalan satu satunya untuk mengenyangkan perut. Jarang jarang aku bisa dapat ikan besar se enak ini. Aku makan dengan lahap, tidak peduli suara gaduh ibu gendut itu memukul mukulkan sapunya ke tong tong sampah. Aku sudah berhasil menemukan tempat bersembunyi yang aman.
Selesai makan, aku merasa kenyang sekali. Kujilat tangan dan kaki ku untuk bersiap siap tidur nyenyak karena aku merasa ngantuk sekali akibat kekenyangan.
Aku tidak peduli apa yang sudah kulakukan. Karena, aku hanya seekor kucing yang sejak masih anak anak harus berjuang sendiri untuk mencari makan.
Aku ingat dulu waktu aku baru berumur 7 hari, terpisah dari ibuku, dan aku sepanjang hari berteriak teriak minta tolong untuk diberi makan, tetapi tidak ada yang memberiku makan. Orang orang hanya lewat, bahkan sering ada motor yang hampir melindasku. Aku harus berjuang sendiri menghadapi ganasnya hidup ini. Dan, pada akhirnya tokh aku juga bisa bertahan sampai sekarang. Meskipun aku menjadi seekor kucing pencuri tapi aku tidak peduli, karena aku sudah terlanjur dipaksa oleh kehidupan menjadi begini.
TAPI, ada satu pertanyaan yang sering mengganjal di benakku : akankah menjadi sesuatu yang berbeda jika aku dulu dilahirkan menjadi seorang Anak Manusia? Apakah aku juga akan menjadi seorang pencuri pada saat dewasa, jika terlalu lama dipaksa oleh kehidupan untuk menghadapi kerasnya dunia untuk hanya mencari sesuap nasi? Ah..kubuang jauh jauh pikiran percuma itu, karena aku tahu MANUSIA tidak mungkin seperti itu, SEBAB…..mereka punya MORAL dan derajad yang lebih tinggi diatasku !

Kamis, 11 Desember 2008

Anakku

Anakku...jantung ini bagaikan genderang yang terus bertalu. Jantung ku tidak kuat melihatmu menangis menjerit jerit saat jarum infus menusuk kulit halus mu.
Aku ingin menangis, tapi aku tidak bisa ikut menangis di depanmu. Engkau akan semakin menjerit jika melihat air mataku keluar.
Ingin sekali rasanya kumaki perawat dan dokter yang menyakitimu. Tapi, bodoh sekali rasanya jika itu kulakukan. Aku tahu, penyiksaan ini untuk kebaikanmu, dan rasio ku tidak mau kompromi pada saat ini. Baru sekarang aku dapat memahami tersiksanya hati mereka saat yang dicintai disakiti.
Anakku...aku melihat matamu melihat ke arahku di sela sela banjir nya air mata di kelopak matamu. Aku tahu, engkau menganggapku jahat saat ini. Engkau menganggap ku jahat karena membiarkanmu ditusuk oleh jarum infus itu. Saat kau memandangku seperti itu, ingin rasanya aku menghela orang orang berbaju putih itu dari tanganmu. Ingin rasanya aku menggendong dan membelaimu. Ingin sekali aku membelai pipi halus mu yang sudah mulai agak berkeriput karena panas badan yang terlalu lama. Ingin sekali aku mengatakan aku mencintaimu dan tidak ingin melihatmu terluka.
Anakku...setelah tangisanmu berhenti karena kelelahan menangis, aku tersadar bahwa, semua yang menyakitimu belum tentu untuk membuatmu terluka. Jarum infus yang menyakitkan itu, justru akan membuat lebih baik. Terimakasih anakku, kau memberikanku pelajaran bermakna saat ini, meskipun harus kau bayar dengan air matamu.

Rabu, 10 Desember 2008

Anak Penyanyi

Mamaku seorang penyanyi. Aku bangga sekali setiap mendengar suara mama yang merdu.
Aku heran, kenapa banyak orang yang melambaikan tangan menyuruh pergi, setiap mama menyanyi saat mereka makan di pinggir jalan?
Aku heran, apakah mereka tidak suka dengan suara mama yang merdu? Padahal setiap malam meskipun letih aku selalu di nina bobok an dengan suara merdunya.
Apakah orang orang yang makan di pinggir jalan itu menolak karena alat musik yang dipakai mama ku hanya gitar yang dibuat sendiri?
Aku pernah lihat waktu mama merakit gitar buatannya. Mama membuatnya persis seperti gitar mang Asep di gubuk sebelah. Aku tidak tahu bedanya suara gitar buatan mama dengan suara gitar mang Asep, karena bagiku suara mama sudah sangat merdu tanpa gitar.
Aku sering melihat wajah mama tampak kecewa bila melihat orang orang yang makan ayam bakar di pinggir jalan itu melambaikan tangan.
Meskipun kecewa, mama tetap tersenyum ke arahku dan menggandeng tanganku untuk menyanyi di tenda pecel lele sebelahnya.
Kalaupun mereka tidak melambaikan tangan tanda menolak, mereka sering memberikan uang receh ke mama tanpa menoleh dan tersenyum.
Aku melihat mama menerima uang receh itu sambil tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Biasanya orang orang tadi yang memberi uang receh tidak menjawab ucapan terimakasih mama tapi tetap makan pecel lele nya dengan lahap.
Aku sering merasa lapar melihat mereka makan. Mama yang melihat aku menelan ludah sering menghibur "nanti ya...kita makan ayam bakar kalau mama udah nyanyi di restauran besar."
Aku selalu terhibur dengan janji mama. Aku jadi bertambah semangat menemani mama menyanyi karena suatu saat aku akan makan ayam bakar seperti mereka.

Senin, 08 Desember 2008

Aku Ingin Hidup

Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa jari jari tangan dan kaki ku hanya 15 sedangkan mereka mempunyai 20?
Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa papa tidak pernah mengantarku sekolah?
Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa aku tidak pernah merayakan pesta ulang tahun?
Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa mama selalu berdandan seronok saat menjemputku sekolah?
Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa mama selalu menghindari pertanyaan apa pekerjaan mama saat mama mama mereka bertanya?

Mama...apakah benar aku tidak kau inginkan untuk ada di dunia ini?
Mama..apakah benar kau pernah mencoba menghancurkanku?

Mama...tidak ada yang pernah bercerita kepadaku, tapi, aku mendengarnya sendiri saat aku masih di dalam kandunganmu.
Mama...di malam itu saat jari jari tangan dan kakiku sedang dalam proses pembentukan, aku mendengar kau bertengkar dengan seorang laki laki.
Mama..aku merasa sakit pada waktu itu saat kau memasukkan pil itu ke lambungmu dan pil itu memakan jari jariku sehingga tidak dapat terbentuk sempurna.
Mama...aku menjerit pada waktu itu, saat kau berloncat loncat dan meremas remas kandunganmu, tempatku tidur.
Mama..aku ingin menghentikanmu tapi kau tak bisa dan tak mau mendengarku.
Tapi mama...aku tetap berterimakasih sekali padamu karena pada akhirnya aku kau ijinkan tinggal di rahimmu selama 9 bulan lebih. Aku berterimakasih sekali karena kau mau mendengar rintihanku saat itu : ".......aku ingin hidup mama...aku ingin hidup mama.....jangan hancurkan aku."

Jumat, 05 Desember 2008

Seorang Anak di Pekuburan

Anak kecil itu tampak menikmati apa yang sedang dipegangnya. Tanah basah di pekuburan itu bagaikan adonan roti di tangannya. Tidak tampak perasaan jijik saat seekor cacing tanah keluar dari "tanah" adonan rotinya.
Anak itu memang tidak berbeda dari anak sebaya nya, hanya saat itu ia berada di mana yang membedakan dengan anak sebanyanya. Saat anak sebaya nya sedang asyik bermain ayunan di sekolah play group, ia asyik bermain lompat lompat an di setiap nisan.
Kakinya yang kecil selalu berlari mengikuti ke mana ibunya pergi. Dengan sigap ia selalu ingin membantu ibunya. Setiap ibunya mendapat order an dari para pelayat yang minta dibersihkan makam keluarganya, anak itu juga ikut mencabut rumput liar di sekitar makam seperti yang ibunya lakukan.
Mencabut rumput liar sekitar makam, menyapu daun daun kering, mengumpulkan bunga kamboja yang berjatuhan dan menyiram tanah makam adalah pekerjaan sehari hari ibunya.
Anak kecil itu tidak pernah mengerti kenapa setiap orang yang datang menangis dan berdoa. Kalaupun ia mengerti, ia tidak akan ambil pusing. Karena yang ia hanya tahu dan ia pedulikan adalah bahwa pekuburan itu adalah tempat bermainnya dan..... pekuburan itu adalah sekolahnya.....

Selasa, 02 Desember 2008

Ganti nama Anak?

Pasti sudah sering dengar kan mengenai ganti nama anak untuk menghindari sakit? Ada banyak kepercayaan dan tradisi yang meyakini bahwa jika seorang anak terus menderita sakit sejak bayi mungkin disebabkan karena nama yang disandangnya terlalu berat.
Dulu saya punya teman yang mempunyai anak berusia sekitar 3 tahun an, tapi sering sekali masuk rumah sakit karena berbagai macam penyakit, mulai dari diare, panas, dan batuk parah. Atas usul dari kerabatnya, anak tersebut diganti namanya karena nama sebelumnya mengandung unsur "kebesaran/keagungan/derajad yang sangat tinggi" Setelah diganti nama memang anak tersebut lebih jarang sakit.
Tapi ternyata ini tidak berlaku untuk semua anak karena saya dulu juga punya kenalan yang anaknya langganan rumah sakit karena panas dan kejang berulang, setelah diganti nama dengan yang lebih sederhana, anaknya tetap menjadi langganan rumah sakit.
Antara kepercayaan dengan rasio memang kadang bertolak belakang, tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Memang banyak hal hal yang tidak dapat di nalar dengan otak manusia tapi bukan berarti semua hal tidak bisa dipikir dengan rasio. Bukan berarti setelah kita mengalami satu hal yang "irasional" maka seluruh kehidupan kita akan menjadi "irasional" juga, sehingga setiap kejadian yang menimpa kita selalu dihubungkan dengan suatu yang misteri.