Senin, 29 Desember 2008

Salah Siapa ?

Seorang bapak, kebingungan mencari biaya untuk menghidupi ke 6 anaknya. Penghasilannya cuma 600 ribu sebulan. Jangan kan buat kasih makan yang bergizi, buat sekolah anak anak nya saja udah ngutang. Apalagi kalau ditambah anak nya sakit. Terpaksa deh di kasih obat seadanya dengan harapan mudah mudah an sembuh.
Akhirnya, anak anak nya gak jelas sekolahnya, gak jelas kesehatannya, dan gak jelas kehidupannya. Sayang sekali, padahal 6 orang anak, bisa jadi 6 kepala yang otak dan pemikirannya bisa buat membantu mensejahterakan keluarganya sendiri dan mensejahterakan orang lain ( kalaupun ada yang berhasil mencetak anak anak pandai dengan perbandingan penghasilan dan pengeluaran seperti itu, tentu mereka termasuk orang tua yang pandai juga mengatur pengeluaran ).
Bapak itu pernah meminta bantuan pemerintah buat memberikan keringanan pendidikan dan kesehatan keluarganya. Pemerintah sudah memberikan tanggapan positif dengan program program nya untuk kesejahteraan pendidikan dan kesehatan orang tidak mampu (meskipun belum sempurna benar). Termasuk juga memberikan pendidikan kesehatan tentang Keluarga Berencana ( KB ).
Dan, salah siapa jika jaman sekarang ada yang tidak ber KB ? salah siapa jika harus menanggung beban sampai 6 kepala yang harus dihidupi? Tentu sudah bukan salah pemerintah lagi. Kalaupun tidak setuju dengan alat alat KB seperti pil, iud, suntik, masih ada pilihan sistem kalender. Kalaupun pakai sistem kalendar kebobolan, ya jangan sering sering. Ini semua tentu tidak berlaku buat mereka yang memang senang punya anak banyak dan penganut slogan banyak anak banyak rejeki, tapi yang jelas mereka tetap harus bertanggung jawab anak anak mereka akan menjadi orang orang yang berkualitas kelak.

Kamis, 25 Desember 2008

Harap Kembali

...Hanya memberi tak harap kembali.... aku semakin gelisah setiap mendengarnya. Anakku, di lubuk hati kecil ku yang terdalam, aku tetap mengharap kembali. Aku tetap mengharap kau mau : menggandengku ku saat nanti aku tak lagi lancar berjalan karena terlalu tua...(seperti dulu waktu aku menggandengmu mu waktu baru belajar jalan.)
Aku tetap harap kau mau menyuapiku jika nanti aku terlalu gemetar tidak bisa memegang sendok karena terlalu tua (seperti dulu aku menyuapimu waktu bayi).
Aku tetap harap kau mau membasuh kulit tua ku jika nanti aku sama sekali tidak bisa berdiri untuk mandi karena terlalu tua ( seperti dulu aku memandikanmu waktu bayi).
Aku tetap harap kau terus menjaga dan mendoakan untuk kesehatanku (seperti dulu aku selalu mendoakan dan menjaga kesehatanmu)
Dan..aku tetap harap kau akan terus mengingatku dan selalu ingin menyenangkanku di waktu kau senang (seperti dulu aku selalu mengingat dan selalu ingin menyenangkanmu di waktu aku senang).

Minggu, 21 Desember 2008

Sumber Daya Berkualitas

Pelayanan kesehatan bayi dan anak mendapatkan perhatian khusus dari setiap negara. Karena,
seorang anak bisa dianggap sebagai sumber daya yang berkualitas untuk suatu negara. Di mana, anak tersebut akan menjadi tulang punggung kemajuan suatu negara.Tapi, selain sehat, apakah semua anak bisa dianggap sebagai sumber daya berkualitas? Tergantung.
Tergantung dari seberapa besar peran orang tua, untuk menjadikan anak mereka berkualitas. Tergantung dari seberapa banyak orang tua sudah memberikan contoh contoh perilaku yang berkualitas.
Tergantung dari seberapa banyak orang tua sudah mengajarkan ajaran ajaran bermutu, untuk anak anak mereka sehingga tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas.
Tergantung dari seberapa besar orang tua sudah merawat dan menjaga anak anak mereka, sehingga mereka dapat menjadi berkualitas dengan rasa aman.Jadi, pada akhirnya seorang anak dapat menjadi sumber daya berkualitas tidak lepas dari peran orang tua dengan :
1. lebih memilih mengajak tanya jawab tentang pengetahuan yang merangsang pola pikir seorang anak daripada tanya jawab tentang gosip.
2. lebih memilih tidak bergunjing di depan anak tentang orang lain.
3. lebih memilih untuk tidak berkelakuan buruk di depan anak supaya anak tidak meniru.
4. lebih memilih untuk memberikan menu bergizi setiap saat supaya anak dapat berkembang dengan baik.
5. lebih memilih untuk meluangkan waktu bersama anak daripada menghabiskan waktu dengan tidak berguna.
6.........silahkan anda tambah sendiri, karena anda lebih tahu......

Kamis, 18 Desember 2008

Anak Manusia

Seorang ibu gendut lari mengejarku sambil mengacungkan sapu. Aku lari sekuat tenaga sambil menggigit ikan di mulutku. Aku memang lapar sekali, dan tadi kucium bau harum ikan goreng. Begitu ada kesempatan, langsung kucuri ikan tersebut. Tapi sayangnya ibu gendut pemilik rumah melihatku, dan langsung mengambil sapu untuk dilempar ke arahku.
Aku tahu, hanya ini jalan satu satunya untuk mengenyangkan perut. Jarang jarang aku bisa dapat ikan besar se enak ini. Aku makan dengan lahap, tidak peduli suara gaduh ibu gendut itu memukul mukulkan sapunya ke tong tong sampah. Aku sudah berhasil menemukan tempat bersembunyi yang aman.
Selesai makan, aku merasa kenyang sekali. Kujilat tangan dan kaki ku untuk bersiap siap tidur nyenyak karena aku merasa ngantuk sekali akibat kekenyangan.
Aku tidak peduli apa yang sudah kulakukan. Karena, aku hanya seekor kucing yang sejak masih anak anak harus berjuang sendiri untuk mencari makan.
Aku ingat dulu waktu aku baru berumur 7 hari, terpisah dari ibuku, dan aku sepanjang hari berteriak teriak minta tolong untuk diberi makan, tetapi tidak ada yang memberiku makan. Orang orang hanya lewat, bahkan sering ada motor yang hampir melindasku. Aku harus berjuang sendiri menghadapi ganasnya hidup ini. Dan, pada akhirnya tokh aku juga bisa bertahan sampai sekarang. Meskipun aku menjadi seekor kucing pencuri tapi aku tidak peduli, karena aku sudah terlanjur dipaksa oleh kehidupan menjadi begini.
TAPI, ada satu pertanyaan yang sering mengganjal di benakku : akankah menjadi sesuatu yang berbeda jika aku dulu dilahirkan menjadi seorang Anak Manusia? Apakah aku juga akan menjadi seorang pencuri pada saat dewasa, jika terlalu lama dipaksa oleh kehidupan untuk menghadapi kerasnya dunia untuk hanya mencari sesuap nasi? Ah..kubuang jauh jauh pikiran percuma itu, karena aku tahu MANUSIA tidak mungkin seperti itu, SEBAB…..mereka punya MORAL dan derajad yang lebih tinggi diatasku !

Kamis, 11 Desember 2008

Anakku

Anakku...jantung ini bagaikan genderang yang terus bertalu. Jantung ku tidak kuat melihatmu menangis menjerit jerit saat jarum infus menusuk kulit halus mu.
Aku ingin menangis, tapi aku tidak bisa ikut menangis di depanmu. Engkau akan semakin menjerit jika melihat air mataku keluar.
Ingin sekali rasanya kumaki perawat dan dokter yang menyakitimu. Tapi, bodoh sekali rasanya jika itu kulakukan. Aku tahu, penyiksaan ini untuk kebaikanmu, dan rasio ku tidak mau kompromi pada saat ini. Baru sekarang aku dapat memahami tersiksanya hati mereka saat yang dicintai disakiti.
Anakku...aku melihat matamu melihat ke arahku di sela sela banjir nya air mata di kelopak matamu. Aku tahu, engkau menganggapku jahat saat ini. Engkau menganggap ku jahat karena membiarkanmu ditusuk oleh jarum infus itu. Saat kau memandangku seperti itu, ingin rasanya aku menghela orang orang berbaju putih itu dari tanganmu. Ingin rasanya aku menggendong dan membelaimu. Ingin sekali aku membelai pipi halus mu yang sudah mulai agak berkeriput karena panas badan yang terlalu lama. Ingin sekali aku mengatakan aku mencintaimu dan tidak ingin melihatmu terluka.
Anakku...setelah tangisanmu berhenti karena kelelahan menangis, aku tersadar bahwa, semua yang menyakitimu belum tentu untuk membuatmu terluka. Jarum infus yang menyakitkan itu, justru akan membuat lebih baik. Terimakasih anakku, kau memberikanku pelajaran bermakna saat ini, meskipun harus kau bayar dengan air matamu.

Rabu, 10 Desember 2008

Anak Penyanyi

Mamaku seorang penyanyi. Aku bangga sekali setiap mendengar suara mama yang merdu.
Aku heran, kenapa banyak orang yang melambaikan tangan menyuruh pergi, setiap mama menyanyi saat mereka makan di pinggir jalan?
Aku heran, apakah mereka tidak suka dengan suara mama yang merdu? Padahal setiap malam meskipun letih aku selalu di nina bobok an dengan suara merdunya.
Apakah orang orang yang makan di pinggir jalan itu menolak karena alat musik yang dipakai mama ku hanya gitar yang dibuat sendiri?
Aku pernah lihat waktu mama merakit gitar buatannya. Mama membuatnya persis seperti gitar mang Asep di gubuk sebelah. Aku tidak tahu bedanya suara gitar buatan mama dengan suara gitar mang Asep, karena bagiku suara mama sudah sangat merdu tanpa gitar.
Aku sering melihat wajah mama tampak kecewa bila melihat orang orang yang makan ayam bakar di pinggir jalan itu melambaikan tangan.
Meskipun kecewa, mama tetap tersenyum ke arahku dan menggandeng tanganku untuk menyanyi di tenda pecel lele sebelahnya.
Kalaupun mereka tidak melambaikan tangan tanda menolak, mereka sering memberikan uang receh ke mama tanpa menoleh dan tersenyum.
Aku melihat mama menerima uang receh itu sambil tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Biasanya orang orang tadi yang memberi uang receh tidak menjawab ucapan terimakasih mama tapi tetap makan pecel lele nya dengan lahap.
Aku sering merasa lapar melihat mereka makan. Mama yang melihat aku menelan ludah sering menghibur "nanti ya...kita makan ayam bakar kalau mama udah nyanyi di restauran besar."
Aku selalu terhibur dengan janji mama. Aku jadi bertambah semangat menemani mama menyanyi karena suatu saat aku akan makan ayam bakar seperti mereka.

Senin, 08 Desember 2008

Aku Ingin Hidup

Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa jari jari tangan dan kaki ku hanya 15 sedangkan mereka mempunyai 20?
Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa papa tidak pernah mengantarku sekolah?
Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa aku tidak pernah merayakan pesta ulang tahun?
Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa mama selalu berdandan seronok saat menjemputku sekolah?
Mama...teman temanku selalu bertanya, kenapa mama selalu menghindari pertanyaan apa pekerjaan mama saat mama mama mereka bertanya?

Mama...apakah benar aku tidak kau inginkan untuk ada di dunia ini?
Mama..apakah benar kau pernah mencoba menghancurkanku?

Mama...tidak ada yang pernah bercerita kepadaku, tapi, aku mendengarnya sendiri saat aku masih di dalam kandunganmu.
Mama...di malam itu saat jari jari tangan dan kakiku sedang dalam proses pembentukan, aku mendengar kau bertengkar dengan seorang laki laki.
Mama..aku merasa sakit pada waktu itu saat kau memasukkan pil itu ke lambungmu dan pil itu memakan jari jariku sehingga tidak dapat terbentuk sempurna.
Mama...aku menjerit pada waktu itu, saat kau berloncat loncat dan meremas remas kandunganmu, tempatku tidur.
Mama..aku ingin menghentikanmu tapi kau tak bisa dan tak mau mendengarku.
Tapi mama...aku tetap berterimakasih sekali padamu karena pada akhirnya aku kau ijinkan tinggal di rahimmu selama 9 bulan lebih. Aku berterimakasih sekali karena kau mau mendengar rintihanku saat itu : ".......aku ingin hidup mama...aku ingin hidup mama.....jangan hancurkan aku."

Jumat, 05 Desember 2008

Seorang Anak di Pekuburan

Anak kecil itu tampak menikmati apa yang sedang dipegangnya. Tanah basah di pekuburan itu bagaikan adonan roti di tangannya. Tidak tampak perasaan jijik saat seekor cacing tanah keluar dari "tanah" adonan rotinya.
Anak itu memang tidak berbeda dari anak sebaya nya, hanya saat itu ia berada di mana yang membedakan dengan anak sebanyanya. Saat anak sebaya nya sedang asyik bermain ayunan di sekolah play group, ia asyik bermain lompat lompat an di setiap nisan.
Kakinya yang kecil selalu berlari mengikuti ke mana ibunya pergi. Dengan sigap ia selalu ingin membantu ibunya. Setiap ibunya mendapat order an dari para pelayat yang minta dibersihkan makam keluarganya, anak itu juga ikut mencabut rumput liar di sekitar makam seperti yang ibunya lakukan.
Mencabut rumput liar sekitar makam, menyapu daun daun kering, mengumpulkan bunga kamboja yang berjatuhan dan menyiram tanah makam adalah pekerjaan sehari hari ibunya.
Anak kecil itu tidak pernah mengerti kenapa setiap orang yang datang menangis dan berdoa. Kalaupun ia mengerti, ia tidak akan ambil pusing. Karena yang ia hanya tahu dan ia pedulikan adalah bahwa pekuburan itu adalah tempat bermainnya dan..... pekuburan itu adalah sekolahnya.....

Selasa, 02 Desember 2008

Ganti nama Anak?

Pasti sudah sering dengar kan mengenai ganti nama anak untuk menghindari sakit? Ada banyak kepercayaan dan tradisi yang meyakini bahwa jika seorang anak terus menderita sakit sejak bayi mungkin disebabkan karena nama yang disandangnya terlalu berat.
Dulu saya punya teman yang mempunyai anak berusia sekitar 3 tahun an, tapi sering sekali masuk rumah sakit karena berbagai macam penyakit, mulai dari diare, panas, dan batuk parah. Atas usul dari kerabatnya, anak tersebut diganti namanya karena nama sebelumnya mengandung unsur "kebesaran/keagungan/derajad yang sangat tinggi" Setelah diganti nama memang anak tersebut lebih jarang sakit.
Tapi ternyata ini tidak berlaku untuk semua anak karena saya dulu juga punya kenalan yang anaknya langganan rumah sakit karena panas dan kejang berulang, setelah diganti nama dengan yang lebih sederhana, anaknya tetap menjadi langganan rumah sakit.
Antara kepercayaan dengan rasio memang kadang bertolak belakang, tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Memang banyak hal hal yang tidak dapat di nalar dengan otak manusia tapi bukan berarti semua hal tidak bisa dipikir dengan rasio. Bukan berarti setelah kita mengalami satu hal yang "irasional" maka seluruh kehidupan kita akan menjadi "irasional" juga, sehingga setiap kejadian yang menimpa kita selalu dihubungkan dengan suatu yang misteri.

Minggu, 30 November 2008

Kehendak seorang Anak

Bukanlah kehendak seorang anak untuk dilahirkan ke dunia ini. Bukanlah salah seorang anak sampai ia harus lahir ke dunia ini. Dan bukanlah salah mereka juga bila orang tua harus menguras energi untuk merawat dan membanting tulang untuk mencukupi kebutuhannya.
Dari kecil hingga akhirnya mereka bisa mandiri adalah kewajiban setiap orang tua untuk merawat, mendidik, menyekolahkan dan mencukupi segala kebutuhan dasarnya.
Dan pada akhirnya, saat mereka bisa mandiri dan dapat mencukupi segala kebutuhannya sendiri, orang tua tetap berkewajiban menasihati bila anak tersebut melenceng dari norma norma yang seharusnya dan mendoakan untuk kesejahteraan kelangsungan hidup mereka sampai mereka sendiri menjadi orang tua yang akan mempunyai kewajiban yang sama terhadap anak mereka masing masing.

Kamis, 27 November 2008

Anak dan Harapan


Setiap anak mempunyai harapan akan menjadi apa ia kelak, meskipun tidak bisa diungkapkan dengan kata kata karena masih terlau kecil. Untuk mewujudkan harapan di masa depannya,ia gantungkan proses perwujudan tersebut kepada orang tua yang melahirkannya. Seperti anak ini,Ia gak pernah menyangka kalau kelak menjadi seorang sarjana tehnik yang bekerja di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi dengannya seandainya orangtuanya tidak membesarkannya dengan kasih sayang, perlakuan mendidik, mencukupi kesejahteraannya semasa proses belajar dan ajaran sopan santun, mungkin ia tidak akan pernah menjadi seorang sarjana tehnik yang berhasil.

Selasa, 25 November 2008

Seorang Anak Pemimpin

Seorang anak yang kelak menjadi pemimpin berkualitas tidak harus berasal dari keluarga seorang pemimpin juga. Anak yang berasal dari keluarga yang biasa saja tetapi di dalam keseharian keluarga tersebut selalu memberikan dan mencontohkan kepemimpinan berkualitas akan melahirkan seorang anak yang berkualitas juga.
Kualitas tidak hanya di ukur dari materi tetapi bisa dari tutur kata yang sopan, hati nurani, kasih sayang kepada sesama, penghormatan kepada yang lebih tua, menghargai yang lebih muda dan sebagainya.

"Tugas terdekat kita adalah membangun sebuah keluarga yang baik, sejahtera, dan berbahagia, karena keluarga adalah tempat terbaik pengembangan semua kualitas kepemimpinan - Mario Teguh dalam mobile phone 7266"

Senin, 24 November 2008

Anakku Sayang, Anakku Malang? (bag2)

Pemprof DKI berencana memajukan jam masuk sekolah anak-anak, yang semula jam 7.00 WIB menjadi jam 6.30 WIB. Dengan alasan mengurangi kemacetan dipagi hari.
Membaca berita itu, sungguh kaget dan kasihan sekali terhadap anak-anak usia sekolah saat ini. Bagaimana tidak, banyak sekali anak yang tinggal di daerah pinggiran Jakarta, seperti Bekasi dan Tangerang yang memilih untuk bersekolah di pusat kota Jakarta. Seperti dulu saya 20 tahun yang lalu. Saya tinggal di pinggiran kota Jakarta yaitu Bekasi; saya bersekolah di daerah Jakarta Timur. Dahulu saja saya harus berangkat pukul 5.30 WIB agar tidak terlambat sampai di sekolah yang bel masuknya adalah pukul 7.05 WIB.
Dan saya ingat betapa saya sering terkantuk-kantuk di perjalanan dan juga di sekolah. Bahkan kalau saya tidak salah ingat, setiap sebulan sekali saya pasti menambah libur weekend saya dengan alasan sakit :D
Nah sekarang, jam sekolah akan dimajukan menjadi jam 6.30 WIB??? Bagaimana nasib anak-anak pinggiran yang bersekolah di Jakarta? Jam berapa mereka harus berangkat ke sekolah??
Kalau dikatakan bahwa memajukan jam sekolah adalah melanggar hak asasi anak, saya setuju sekali!!! Kasihan anak-anak, hanya karena kemacetan mereka yang dikorbankan.

Kamis, 20 November 2008

Who’s the nanny?

Sebuah mobil kijang inova berhenti di depan lobby mall di daerah Tangerang.

Dari pintu depan turun seorang ibu muda cantik dan modis. Lalu dia bukakan pintu belakang. Aku melihat sorang bayi kecil mungil dan lucu sedang tertidur pulas di gendongan seorang pengasuh. Bayi itu merasa sangat nyaman dalam gedongan si pengasuh. Begitu nyenyak dan damai.

Dalam hatiku berpikir, andai bayi itu adalah bayiku, aku lebih senang apabila sang bayi tertidur pulas dalam dekapanku. Sempat terbingung- bingung aku memandang keadaan itu.

Yang lebih mengherankan, saat si ibu turun dari kendaraan, aku pikir si ibu akan menggantikan menggendong bayinya dan membiarkan si pengasuh yang membawa perlengkapan si bayi. Tetapi justru hal ini mencengangkan. Karena si ibu lebih rela membawa perlengkapan bayinya dari pada mendekap bayinya sendiri. Melihat pemandangan itu terlintas olehku sebuah pertanyaan besar, WHO’S THE NANNY??

Tak heran rasanya, kalau kita sering mendengar bahwa seorang anak lebih dekat dan lebih manja kepada pengasuhnya dibandingkan kepada orang tuanya. Mengapa???

Aku bukan anti nanny, dan sah-sah saja bila seorang ibu membutuhkan orang lain untuk membantu dia dalam mengurus dan merawat bayi dan anak-anaknya. Yang aku tidak mengerti adalah, bila seseorang begitu mendambakan seorang anak, begitu menginginkan memiliki seorang anak, mengapa untuk mengendong, mendekap, memberi susu, menidurkan harus diserahkan kepada orang lain??

Bayi mungil, lucu dan cantik yang hanya bisa mengetahui sang ibu dari bau harum tubuhnya, dari hangat dekapannya, mengapa harus selalu didekap oleh orang lain yang bukan ibunya? Bahkan bukan pula kerabatnya.

Anak Pancingan

Ada sebuah kisah nyata, ( saya dengar dari mulut ke mulut, ini hanya intinya saja, semoga bermanfaat )sepasang suami istri yang mendamba anak beberapa tahun akhirnya mengambil anak saudara mereka sebagai "anak pancingan." Saudara mereka ini termasuk keluarga besar tetapi tidak mampu membiayai seluruh kehidupan keluarga sehingga rela menyerahkan anaknya untuk di ambil oleh sepasang suami istri ini.
Tidak beberapa lama kemudian, sang istri hamil, betapa bahagianya mereka apalagi setelah anak mereka lahir. "Sang anak pancingan" yang masih batita melihat perubahan kasih sayang kedua orang tua angkatnya dan sebagai anak kecil yang tidak tahu apa apa menjadi cemburu dan bertingkah laku nakal untuk mencari perhatian.
Kesabaran ke dua orang tua angkat ini diuji, saat mereka sedang berkonsentrasi penuh pada sang bayi dambaan mereka harus sabar meladeni tingkah laku "anak pancingan." Hingga pada akhirnya kesabaran mereka habis dan mengembalikan sang "anak pancingan" kepada orang tua kandungnya (saudara mereka).
Tetapi kisah belum berakhir sampai di situ, selang beberapa bulan setelah mereka mengembalikan "anak pancingan" , bayi dambaan mereka terkena panas tinggi dan akhirnya meninggal...Hati sepasang suami istri ini luluh lantak...mereka kembali dari nol sebagai sepasang suami istri yang mendamba anak.

Oh My God, It Is So Difficult To Have Kids...

This is not a story about how hard to get pregnant and try to have a baby.

This is about how hard it is raising kids.

I am a mother of 3. The oldest is 8 years old. He is in 3rd grade now. This afternoon I was really mad at him because he was being lazy. He did not want to do math exercise I made for him to prepare his examination next week.

I don’t know what my feeling is right now. Am I sorry for angry with him or….I don’t know! I am not sorry but it seems not right.

I think it’s kind of habit that I am angry.

I don’t like this.

When I was just being a mother I had promised to myself that I wanted to be a good, caring and loving mother.

I love my kids. But I could not help myself not to get angry to them.

I forgot when it started, maybe about 2 years ago that I could get angry so easily. I thought because I was too stressed for only being at home, not having a job and only doing house stuffs.

So, when situation has changed and I still have that bad habit, I thought that is something wrong with me. I don’t want to be an angry person, be an angry mommy.

I want to be a caring and loving mommy.

That’s why I promise to myself that I will not get angry so easily especially get angry so easily to my kids. And it works, I did not get angry so easily to the kids since then.

But this afternoon, I, once again, could help myself for not being angry.

I made an exercise for my kid to prepare his examination next week. Because I had a bad experience for letting him being lazy and study hard only a night before the examination. I knew I was really bad on teaching him that night, full of yelling and screaming and a bit hitting (so sad to remind that). And of course, as we can predict the result was not as we were expected.

I don’t want to repeat that night experience; it was a nightmare not only for my kid but also for me. That’s why I wanted to teach him little by little, slowly by slowly, so that I have more patient to teach him.

I almost did it, not getting angry so easily; I was calm, very sympathetic asking him to do the exercise. I think I really did it. I could keep my promise not to get angry to my kid.

But oh…God….seeing him having many excuses for not doing that exercise….whining about how many pages I gave him (it was only 2)….made me….I could not help for not angry!!! (Am I to over react?? Do I need help???)

I was screaming…..and yelling…..and screaming……and yelling again….I was so sad that I could not keep calm….It hurts inside that I needed to angry to my son.

I don’t know what feeling is this….regret for yelling and screaming to him?? so sad for the result that I failed keeping my promise to be a good, caring and loving mother??

I feel so empty now…

I feel like I am a worse ever mother in this planet….I am so sad to know that and I can only say is that OH GOD, IT IS SO DIFFICULT TO HAVE KIDS!!!.

Senin, 17 November 2008

anakku sayang, anakku malang?



seorang anak diberdirikan oleh orang tuanya di atas motor yang berjalan untuk membahagiakan sang anak agar bisa melihat pemandangan di jalan raya.
tapi, di depan jalan banyak ranting ranting pohon dan kabel yang menjulur ke bawah, yang bisa saja menjerat bagian badan sang anak...oh....anakku sayang atau anakku malang?

Kamis, 13 November 2008

Anak kembar

Apa yang anda rasakan saat mendapat anak kembar pada kelahiran yang pertama?
Wow..pasti senang sekali, tidak dapat dibayangkan betapa bahagianya perasaan pada saat melahirkan dua bayi kembar sekaligus.
Tapi, banyak juga yang akhirnya mengeluh dengan anak kembar mereka. Selain biaya jadi double, juga tenaga harus double. Hmm..memang serba salah ya, semua gak ada yang sempurna.
Saya punya kerabat yang pada kehamilan pertamanya langsung kembar sekaligus, setelah 7 tahun ini dia mengurus si kembar, dia gak ada rencana mau punya anak lagi karena lagi giat giatnya nabung buat keperluan masa depan si kembar. Tapi...gak kapok kan?

Senin, 03 November 2008

Keadilan dari Tuhan

Pagi ini saya diberi kabar orang tua saya bahwa ada tetangganya yang sedang berduka cita. Menurut ayah, tetangga ini tergolong keluarga yang tidak mampu karena sering sekali meminjam uang ke ayah saya untuk berbagai macam alasan mulai dari biaya sewa rumah, sekolah anak (bahkan anaknya pernah sampai tidak bersekolah), biaya hidup dan sebagainya.
Saya bertanya "siapa yang meninggal?" jawab ayah saya " anak yang tertua yang berusia sekitar 10 tahun, karena panas tinggi"
Saya kaget karena kira kira setahun yang lalu anak terakhirnya (mereka hanya punya 2 anak) juga meninggal karena perkelahian dengan temannya.
Spontan saya bertanya ke ayah saya "Jadi mereka gak punya anak sama sekali sekarang?"
Jawab Ayah saya "Sepertinya ini bentuk keadilan dari Tuhan buat mereka yang sudah dipercayakan tapi tidak bisa melaksanakannya, mungkin Tuhan berpendapat lebih baik kedua anak ini diambil kembali supaya tidak lama tersiksa "

Minggu, 02 November 2008

Adopsi

Dulu saya pernah berbincang bincang dengan seorang teman, ia memang seorang sosok wanita karier sejati. Teman saya tersebut juga mengalami hal yang sama dengan saya karena setelah 3 tahun belum juga dikaruniai anak.
Dari perbincangan tersebut, ia mengungkapkan bahwa persoalan belum mendapat nya keturunan sampai saat ini bukan hal rumit yang perlu dia pikirkan.
Dia dan suami sudah bersepakat bila dalam 2 tahun lagi belum juga dikaruniai anak, mereka akan adopsi anak, maka persoalan akan "beres".
Yang menjadi pertanyaan saya, benarkah akan se "beres" itu setelah mengadopsi anak? Bagaimana bila kita ternyata lebih mencintai pekerjaan kita berhubung anak tersebut hanya adopsi ? Bukankah anak adopsi juga titipan Tuhan yang harus dijaga, dirawat dan diberi kasih sayang?

Jumat, 31 Oktober 2008

Bayi dibuang

Kalau kita melihat televisi, banyak berita tentang bayi dibuang, banyak yang menyebabkan bayi mungil yang tidak berdosa itu dibuang, antara lain :
1. aib kelurga, akibat hubungan yang terjadi sebelum menikah dan malu untuk mengakuinya
2. ekonomi, karena sudah terlalu banyak anak atau karena merasa tidak akan mampu membiayai kehidupan bayi tersebut.
Kita sebagai yang menonton tidak boleh langsung menyumpahi perbuatan itu sebelum
kita memposisikan diri sebagai orang yang melakukan pembuangan bayi tersebut.
Sebaiknya kita memposisikan diri dulu sebagai mereka dan setelah kita merasa yakin tidak akan melakukan hal tersebut jika dihadapkan pada posisi yang sama, barulah kita boleh berpendapat, tapi kalau bisa sih jangan disumpahi tapi di doakan saja semoga mereka sadar atas dosa yang telah mereka perbuat.

Kamis, 30 Oktober 2008

Pindah pindah pengobatan

Pindah pindah pengobatan dalam waktu yang singkat hanya akan memperburuk keadaan. Memang ada yang pernah berhasil dengan cara seperti ini karena secara tidak sengaja bertemu dengan dokter atau pengobat alternatif yang dirasa cocok kemudian langsung hamil.
Tapi sebenarnya kejadian seperti itu belum tentu juga terjadi pada kita, karena kita tidak pernah tahu kapan akan diberi kehamilan.
Jadi daripada kita cemas dan terus berpindah pindah dokter dalam waktu yang singkat karena tidak berhasil dalam waktu 2 -3 bulan pengobatan, lebih baik kita bersabar dan terus berdoa.

Rabu, 29 Oktober 2008

Jangan pernah ditanyakan

Beberapa bulan lalu saat saya sedang menunggu antrian di dokter spesialis kandungan untuk kontrol rutin, saya bertemu dengan seorang ibu yang baru saja mengalami keguguran anak ke empat. Di situ ia bercerita, dulu sewaktu menunggu kehamilan pertamanya dia harus menunggu lama sekitar 5 tahun, tapi setelah anak pertamanya lahir, anak kedua dan ketiga hadir begitu saja tanpa ia minta dan rencanakan, sampai akhirnya ia mengalami keguguran saat hamil anak ke empatnya ini.
Pesan yang ia tinggalkan saat itu untuk saya, bahwa saya harus bersabar dan berserah dan yang paling penting menurut dia adalah bantuan dari seluruh keluarga dan saudara untuk tidak pernah menanyakan kapan ia akan hamil.
Benarkah? setelah saya pikir yang dia sampaikan ada benarnya juga, dengan orang orang terus menanyakan kita akan menjadi semakin cemas dan akan membuat kita tidak bisa berserah.

Senin, 27 Oktober 2008

Godaan untuk mengeluh

kemarin saya dan suami menghadiri resepsi pernikahan kerabat. kemarin hanya acara resepsi karena akad sudah dilangsungkan bulan agustus kemarin. bahagia sekali bisa bertemu dengan kerabat kerabat lainnya. rata rata semua menanyakan "kapan nih?" sambil memegang perut saya. saya hanya tersenyum dan menjawab dengan jawaban klasik "belum nih" sebenarnya saya sudah terbiasa dengan pertanyaan dan jawaban itu tetapi setiap tanya jawab itu berlangsung selalu saya akhiri dengan keragu raguan kembali " Iya ya, kapan ya ?" kok saya belum hamil juga?"GODAAN UNTUK MENGELUH selalu ada, saya sebagai manusia biasa tidak pernah luput dari godaan itu. apalagi saat itu saya juga mendapat kabar kalau kerabat saya yang sedang bersanding sedang berbahagia karena ia tanpa meminta sudah diberi kehamilan itu.
suami saya yang sangat bijaksana selalu bisa menguatkan saya dengan kalimat " ma, rejeki setiap orang kan berbeda, kita gak boleh membandingkan ya"

Kamis, 23 Oktober 2008

mendamba anak

Anak merupakan anugerah Tuhan yang harus kita rawat, jaga, dan kita cukupi kebutuhannnya sampai ia dapat mandiri. Banyak pasangan yang setelah sekian tahun menikah belum juga dikaruniai anak. Bermacam macam pula penyebab yang membuat mereka belum mendapat anugerah dari Tuhan. Sebagai manusia biasa kita tidak bisa terus menerus menanyakan kenapa "hadiah" itu belum juga diberikan untuk kita. Kita harus bisa bersyukur setiap kali kita ingin bertanya " kenapa Tuhan?"
Banyak yang bisa kita syukuri dalam kehidupan ini, dari mulai kita bangun dalam keadaan sehat pada pagi hari hingga kita dapat beristirahat dengan tenang malam hari sudah merupakan ungkapan syukur bila kita berterimakasih padaNYa.
Saya dan suami selalu berusaha mengucap syukur saat kami ingin bertanya "kenapa"