Anak kecil itu terus berjalan, berlari, kemudian berjalan lagi. Seolah tidak mengenal kata lelah. Semua yang terlihat di depan mata disentuh, dipegang dan tak jarang dimasukkan ke mulut.
Dua manusia lanjut usia yang menjaganya sudah tampak kelelahan. Napas mereka sudah sedikit tersengal karena usia mereka yang tidak dapat lagi mengimbangi mobilitas seorang anak kecil.
Di balai pengobatan yang ramai dan padat pengunjung , anak kecil itu tetap lincah berlari lari, ia tidak memahami kenapa ia berada di situ sekarang. Ia tidak menyadari bahaya tertularnya penyakit yang akan mengancam dirinya. Ia memang tidak seharusnya berada di situ di antara orang orang sakit. Tapi, karena tidak ada yang menjaganya di rumah maka ia harus ikut mengantar nenek nya yang sakit.
Wanita lanjut usia yang sedari tadi bersama seorang kakek menjaga anak kecil itu memang sedang sakit. Ia meminta tolong suaminya untuk mengantarkannya ke balai pengobatan, jadi terpaksalah mereka berdua membawa si anak kecil turut serta.
“ cucu nya sakit apa kek?” tanya seorang pasien
“bukan cucu saya yang sakit, tapi neneknya” jawab kakek itu sambil tersengal sengal kelelahan menjaga si anak kecil yang terus bergerak
“tapi, kok di bawa ke sini yang penuh dengan orang sakit?” tanya pasien tadi sambil terbatuk batuk
“terpaksa, di rumah gak ada yang jaga”
“orang tua nya ke mana?” pasien tadi terus bertanya kali ini sambil membuang dahak nya ke tanah tempat mereka berdiri.
“cari uang, makanya dititip ke saya”
“o..begitu.. nama cucunya siapa?” tanya pasien itu lagi
“bunga” jawab kakek itu sambil masih menggandeng si anak kecil yang tidak mau diam dan ingin mengorek ngorek tanah.
“bagus sekali namanya” komentar pasien itu
“iya, karena ia dianggap sebagai bunga indah bagi kedua orang tuanya, makanya mereka berdua berusaha keras mencari uang untuk kesejahteraan anak ini”
Anak kecil yang ternyata bernama bunga itu terus berusaha melepaskan diri dari sang kakek dan ingin bermain tanah di depan nya, tanah yang sudah penuh dengan dahak penyakit.
Dua manusia lanjut usia yang menjaganya sudah tampak kelelahan. Napas mereka sudah sedikit tersengal karena usia mereka yang tidak dapat lagi mengimbangi mobilitas seorang anak kecil.
Di balai pengobatan yang ramai dan padat pengunjung , anak kecil itu tetap lincah berlari lari, ia tidak memahami kenapa ia berada di situ sekarang. Ia tidak menyadari bahaya tertularnya penyakit yang akan mengancam dirinya. Ia memang tidak seharusnya berada di situ di antara orang orang sakit. Tapi, karena tidak ada yang menjaganya di rumah maka ia harus ikut mengantar nenek nya yang sakit.
Wanita lanjut usia yang sedari tadi bersama seorang kakek menjaga anak kecil itu memang sedang sakit. Ia meminta tolong suaminya untuk mengantarkannya ke balai pengobatan, jadi terpaksalah mereka berdua membawa si anak kecil turut serta.
“ cucu nya sakit apa kek?” tanya seorang pasien
“bukan cucu saya yang sakit, tapi neneknya” jawab kakek itu sambil tersengal sengal kelelahan menjaga si anak kecil yang terus bergerak
“tapi, kok di bawa ke sini yang penuh dengan orang sakit?” tanya pasien tadi sambil terbatuk batuk
“terpaksa, di rumah gak ada yang jaga”
“orang tua nya ke mana?” pasien tadi terus bertanya kali ini sambil membuang dahak nya ke tanah tempat mereka berdiri.
“cari uang, makanya dititip ke saya”
“o..begitu.. nama cucunya siapa?” tanya pasien itu lagi
“bunga” jawab kakek itu sambil masih menggandeng si anak kecil yang tidak mau diam dan ingin mengorek ngorek tanah.
“bagus sekali namanya” komentar pasien itu
“iya, karena ia dianggap sebagai bunga indah bagi kedua orang tuanya, makanya mereka berdua berusaha keras mencari uang untuk kesejahteraan anak ini”
Anak kecil yang ternyata bernama bunga itu terus berusaha melepaskan diri dari sang kakek dan ingin bermain tanah di depan nya, tanah yang sudah penuh dengan dahak penyakit.
Bunga, benarkah engkau akan hidup sejahtera kelak dengan kesibukan kedua orang tuamu yang membiarkan engkau bermain di rumah nya penyakit? ( elizatri )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar