Selasa, 02 November 2010

Jangan Nakal Ya

Masih terbayang di benak ku bagaimana ia menatap mataku dengan penuh arti saat aku mengatakan " adik, jangan nakal ya, mama sedang sakit"...
Dari bibir nya yang mungil ia menjawab dengan satu kalimat : " iya, tante"....meskipun kulihat ada mata ke tak rela an saat harus mengatakan "iya tante".
Sesaat setelah ia menjawab nasihat ku, ia mendekatkan wajah jenaka dan rambut keriting nya ke dada sang Ibu yang sedang terbaring sakit.
Aku sangat terharu melihat ia menyayangi ibu nya seperti itu. Tapi aku juga harus menahan diri untuk tidak meluluhkan hati ku mengingat ia begitu nakal nya tadi siang. Seakan akan bumi ini hanya miliknya tatkala ia menjerit-jerit meminta mainan mobil-mobil an saat ia jalan bersama ku karena sang Ibu sudah menyerah ingin beristirahat di tempat tidur dengan kepala nya yang bagai di tusuk berpuluh-puluh paku.
Aku tetap melotot kan mataku ke arah nya sebagai pertanda bahwa aku serius dengan kalimat ku bahwa ia tidak boleh nakal di saat ibunya sakit.
Ia menatapku dengan lugunya hendak memprotes tapi tidak ada kalimat satu pun yang keluar pertanda ia akan memprotes nya.
Saat aku keluar dari pintu rumah nya ketika hendak pulang, ia mengantarku ber lari dengan kaki kecil nya dan mengucapkan kalimat : makasih tante...
Sesaat aku menoleh, tidak tahan dengan keluguan nya itu, aku tidak dapat menahan diri ku untuk memeluknya dan mengatakan : " iya sayang, tapi kamu jangan nakal ya...mama mu sakit, kamu harus nurut apa kata mama, tante pulang dulu mau ambil pakaian" itu jawabku sambil merapikan rambut keriting nya.
Sesampai di rumah yang hanya berjarak beberapa meter dari rumahnya, aku menyempatkan diri untuk mandi dan makan seadanya, karena lelah aku tertidur pulas di sofa.
Tiba-tiba aku di kagetkan suara telepon rumah yang berdering lama sekali sampai aku terbangun , dengan masih sedikit mengantuk aku menjawab malas-malas an : " halo "
"Halo mbak..." kata suara dari seberang, " Ke sini mbak, cepat..si adik demam tinggi sekali, dia menggigau "
Astaga, aku kaget sekali ternyata sudah jam 2 pagi, itu suara tetangga ku yang tadi terbaring sakit, mengabarkan si adik nakal demam... kaget ku berlipat ganda..aku sama sekali tak berpikiran kalau si adik akan sakit.
Dengan tanpa berganti baju, aku langsung jalan ke tempat tetanggaku, aku sangat terkejut, si adik nakal terbaring lemah di tempat tidur dengan panas yang sangat tinggi sekali.
" cepat " kataku..." beri ia turun panas"..." sudah mbak" si ibu yang masih merasakan sakit kepala benar-benar tidak bisa berpikir sekarang. Tanpa berpikir panjang langsung ku bopong si adik " ayo kita ke rumah sakit"....
Sang Ibu dengan ter seok- seok memegang kepalanya yang masih sakit mengikuti langkahku memanggil taxi yang kebetulan sering mangkal di ujung gang rumah.
Di dalam taxi menuju rumah sakit, dalam keheningan aku masih memeluk si adik nakal yang terasa sekujur badan nya panas sekali, kulihat mata nakal nya tertutup, tak ada sedikitpun tanda-tanda bahwa ia anak paling nakal yang per nah ku kenal, aku teringat saat tadi sore aku melotot menyuruh ia jangan nakal. Terbersit penyesalan di hati ku, pikiran buruk bermunculan aku takut ia akan benar-benar tidak bisa nakal selamanya...aku takut ia demam karena kumarahi tadi....aahhh..kubuang jauh-jauh perasaan itu. Sepanjang jalan aku terus memeluk nya berdoa ia akan baik-baik saja. " Adik ku...ayo bangun, kamu boleh nakal sekarang, ayo bangun " begitu bisik ku sambil meneteskan air mata....
( elizatri, Bangkok, Thailand )

Senin, 14 Desember 2009

Anak Jadi Alasan

Anak sering jadi kambing hitam kalau orang tuanya sedang malas bersosialisasi atau sedang ada masalah. Kasian juga anak itu, tapi apa boleh buat, ketika sang mama malas datang arisan atau terlambat datang, sang mama bisa dengan entengnya mengatakan : anak ku ini rewel banget jadi aku terlambat maaf ya....padahal terkadang kejadian sebenarnya tidak seperti itu.
Atau ada juga, orangtuanya sedang ada masalah sehingga mau gak mau harus mengosongkan rumah maka biasanya ia akan bilang ke tetangga alasan ia pindah adalah karena anaknya yang sudah tidak betah lagi tinggal di situ. Kasihan si anak tapi apa boleh buat, untuk menyelamatkan muka orang tua terkadang anak juga dikorbankan.
Tapi terkadang anak juga bisa menyelamatkan rumah tangga yang akan retak, karena kasihan dengan anak maka kedua orang tua tidak jadi bercerai. ( elizatri )

Senin, 19 Oktober 2009

Panas dan Terik

Siang ini sangat panas. Angin yang terbawa pun gak kalah panas nya. Matahari sangat menyengat. Panas dan terik kalimat yang tepat untuk mengungkapkannya. Aku berlindung di bawah payung. Takut hitam kataku. Tetapi, panas tidak mau mengalah, payung hijau pun tertembus dengan ganas nya. Tiba tiba aku tertegun melihat anak kecil itu, dengan seragam merah putihnya ia berjalan di atas aspal yang tidak berbelas kasihan menyodorkan panas. Dengan santai ia berjalan, tanpa canggung sedikitpun ia menenteng sepatu sekolahnya dan berjalan di bawah terik nya matahari. Saat kutegur, ia hanya diam acuh tak menghiraukan panas matahari yang sangat menyakitkan. ( elizatri )

Jumat, 07 Agustus 2009

Marah dulu.....

Anak itu lucu sekali, bicara nya yang masih cadel membuat orang yang mendengar semakin gemas ingin mencubit.
Kulit putih, mata bulat, tangan kaki gempal dan pipi kemerahan membuat anak itu disenangi orang yang pertama kali melihatnya.
Orang yang menatap mata bulat nya untuk pertama kali pasti langsung jatuh cinta. Mungkin seorang penjahat bertangan dingin pun akan tersentuh hatinya melihat anak yang sangat menawan itu.
Tapi sayangnya, kadang anak itu membuat “ ill feel “ orang disekitarnya. Saat ia sedang marah karena keinginan nya tidak dituruti, ia akan membanting dan melempar apa saja yang ada di dekatnya. Tapi lucunya, sesaat setelah ia marah, ia akan menyesal. Dengan menempel – nempelkan badan nya yang gempal ke orang yang dimarahi nya tadi, sudah merupakan pertanda ia menyesal sudah marah – marah.Hm…mudah – mudah an saja sifat “marah dulu menyesal kemudian” dari anak itu tidak terbawa sampai dewasa. (elizatri)

Kamis, 21 Mei 2009

Seperti di Televisi

Aldi terus merengek meminta ikut sang papa untuk pergi ke rapat RT (rukun tetangga). Pak Yono tidak bisa menolak kemauan anak nya karena jika tidak dituruti ia akan membanting banting pintu.
Sebenarnya Pak Yono serba salah, sudah sering anak nya membuat ulah saat rapat sedang berlangsung. Makanya Pak Yono enggan membawa Aldi kali ini.
“Oke..kamu boleh ikut, tapi janji sama papa tidak boleh nakal” jawab Pak Yono setelah Aldi merengek kesekian kalinya.
“Horeeeeee…” jawab Aldi si rambut keriting melonjak lonjak kegirangan.
Sesampainya di balai pertemuan, Aldi langsung loncat dari motor besar Pak Yono.
“Aldi..ingat kata papa, tidak boleh nakal” seru Pak Yono memperingatkan.
“Iya pa…” Aldi menjawab singkat kemudian menghilang menuju kerumunan anak anak kecil yang lain yang memaksa ikut orang tua mereka masing masing , seperti Aldi.
Rapat baru berlangsung setengah jam, ketika Pak Yono melihat Aldi terengah engah mendatangi ruang rapat dengan keringat bercucuran karena asyik berlarian dengan teman teman nya.
Belum sempat Aldi bersuara memanggil papa nya, Pak Yono buru buru sudah menempelkan jari telunjuk di bibir tanda ia tidak boleh diganggu.
Aldi yang sudah janji dari rumah tidak nakal, akhirnya mengurungkan niat untuk mengajak bicara sang papa yang sedang serius di tengah rapat.
Sekitar 10 menit kemudian, terdengar suara lantang Pak Satpam berbicara ke Aldi
“Ya ampun…..Aldi…..bapak kan sudah bilang jangan minum di situ, kok diulangi lagi, gimana tho ini….aku bilangin papa mu lho”
Pak Yono yang mendengar suara Pak Satpam memanggil Aldi buru buru keluar ruangan dan betapa kaget nya ia. Ia melihat Aldi sedang asyik minum air dari kran di samping balai rapat.
“Astaga Aldi, papa kan sudah bilang jangan nakal” seru Pak Yono
“Papa..ini kan bukan nakal, Aldi haus, Aldi ingat film orang bule di televisi kemarin, mereka kalau haus kan minum air kran” jawab Aldi dengan wajah polos nya. (elizatri)

Kamis, 07 Mei 2009

Memutus Rantai ( Indah, gelap dan terang bagian 3 )

Namanya Ayu, usia nya baru genap 7 tahun. Kalau dipikir Ayu memang masih tergolong anak kecil yang mempunyai hak untuk bermain. Ia memang bermain, tetapi di jalanan yang penuh dengan debu dan polusi.
Rambutnya yang halus panjang, tergerai begitu saja. Sudah tampak warna warna kemerahan oleh oleh dari terik nya matahari. Wajah nya yang polos sudah menunjukkan bibit kecantikan. Orang yang melihat pasti sudah bisa menebak seandainya dia didandani , penampilannya gak akan kalah dengan artis cilik yang sedang ngetop saat ini.
Dengan memegang potongan kayu yang sudah diikat dengan tutup tutup botol bersoda, ia mendatangi kendaraan mewah satu persatu saat lampu merah.
Hasil yang diperoleh tidak banyak, tetapi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya untuk jajan dan membeli sesuatu yang dia inginkan untuk anak seusianya.
Ia terpaksa melakukan ini semua, karena tidak ada pilihan lain, kakak nya yang bernama Indah sudah tidak bisa lagi memberikan ia uang jajan.
Ayu sangat mengagumi sang kakak, Ayu ingin seperti kakak nya kelak.
“ Kenapa kamu ingin seperti aku dik?” tanya Indah di suatu sore
“ Aku ingin cantik seperti kakak, pakai baju bagus, wangi, berdandan , dan pergi naik motor atau mobil keren…” jawab Ayu sambil memandangi kakak nya yang sedang ber dandan.
Indah hanya menunduk, menyimpan air mata yang menggenang di kelopak bawah matanya.
“ Kamu tidak boleh seperti aku dik, kamu harus belajar yang giat, kakak akan berusaha sekuat mungkin untuk membuatmu pintar “ Indah menjawab sambil memalingkan wajahnya yang sudah hampir basah oleh air mata.
“ Tapi kak… ibu pernah cerita, dulu ibu juga seperti kakak, tapi karena sekarang ibu sudah sering sakit aja jadi ibu tidak bisa cantik seperti kakak… “ Ayu memprotes karena ditolak keinginannya untuk menyamai sang kakak.
“ Ayu… kamu masih terlalu kecil, kakak tidak bisa cerita sekarang, tapi satu hal yang harus kamu ingat… kakak melakukan kesalahan karena meniru ibu, jangan kamu melakukan hal yang sama….demikian juga jika kakak punya anak gadis kelak, kakak tidak akan pernah mengijinkan ia menyamai kakak, kamu harus berani memutus rantai ini. “ Indah berusaha meyakinkan Ayu dengan jawabannya.
Ayu hanya mengerutkan dahi tidak mengerti…..terutama dengan perkataan kakak nya soal memutuskan rantai…. Apa sih yang dimaksud dengan memutuskan rantai ini…Ah..nanti akan kucari tahu sendiri jika aku sudah dewasa kelak. ( elizatri )

Minggu, 03 Mei 2009

Panjang Umur

Anak itu mendengarkan bujukan ibu nya untuk mau makan sayur. Ia mendengarkan dengan penuh konsentrasi.
“Ayo sayang…kamu coba ya sayur ini… hm… enak lho….” Ibu nya mencontoh kan sambil memakan sendiri bayam yang ada di piring dengan ekspresi dibuat seolah olah itu adalah makanan terlezat di dunia.
Anak itu tetap mendengarkan dengan penuh konsentrasi tapi sambil membekap mulutnya sendiri dengan telapak tangan mungil nya.
“Sayang…kalau kita banyak makan sayur…kita bisa lebih sehat dan panjang umur, coba lihat nenek, sekarang masih sehat , padahal umur nya sudah 80 tahun” ibu nya masih tersenyum membujuk.
Tetapi setelah satu jam berlalu dan anak itu tidak mempan dengan rayuan sang ibu, akhirnya ibu nya beristirahat membujuk dengan duduk kelelahan di meja makan.
Tanpa terasa, sang ibu tertidur di meja makan dan terbangun ketika sayup sayup terdengar suara anak nya berceloteh ke nenek yang sedang duduk menonton televise.
“Nenek…aku punya tebakan…sapi dan singa umur nya lebih panjang siapa?” tanya anak itu dengan wajah menggoda nenek yang sedang asyik menonton televise.
“Nenek gak tau sayang…” jawab nenek sambil mengangkat sang cucu dan menduduk kan di pangkuan nya.
“Lebih panjang umur sapi dong nek…soalnya kata mama kalau suka makan sayur umur nya bisa lebih panjang…. kan singa gak suka makan sayur….jadi dia lebih pendek umur nya” jawab anak itu dengan bangga karena sudah bisa membuat tebak tebak an yang menurutnya sangat menarik.
Hmmm…. Sang ibu yang mendengarkan celoteh anak nya cuma bisa tersenyum dan kembali berusaha membujuk si anak untuk mau makan sayur nya. ( elizatri )