Kamis, 18 Desember 2008

Anak Manusia

Seorang ibu gendut lari mengejarku sambil mengacungkan sapu. Aku lari sekuat tenaga sambil menggigit ikan di mulutku. Aku memang lapar sekali, dan tadi kucium bau harum ikan goreng. Begitu ada kesempatan, langsung kucuri ikan tersebut. Tapi sayangnya ibu gendut pemilik rumah melihatku, dan langsung mengambil sapu untuk dilempar ke arahku.
Aku tahu, hanya ini jalan satu satunya untuk mengenyangkan perut. Jarang jarang aku bisa dapat ikan besar se enak ini. Aku makan dengan lahap, tidak peduli suara gaduh ibu gendut itu memukul mukulkan sapunya ke tong tong sampah. Aku sudah berhasil menemukan tempat bersembunyi yang aman.
Selesai makan, aku merasa kenyang sekali. Kujilat tangan dan kaki ku untuk bersiap siap tidur nyenyak karena aku merasa ngantuk sekali akibat kekenyangan.
Aku tidak peduli apa yang sudah kulakukan. Karena, aku hanya seekor kucing yang sejak masih anak anak harus berjuang sendiri untuk mencari makan.
Aku ingat dulu waktu aku baru berumur 7 hari, terpisah dari ibuku, dan aku sepanjang hari berteriak teriak minta tolong untuk diberi makan, tetapi tidak ada yang memberiku makan. Orang orang hanya lewat, bahkan sering ada motor yang hampir melindasku. Aku harus berjuang sendiri menghadapi ganasnya hidup ini. Dan, pada akhirnya tokh aku juga bisa bertahan sampai sekarang. Meskipun aku menjadi seekor kucing pencuri tapi aku tidak peduli, karena aku sudah terlanjur dipaksa oleh kehidupan menjadi begini.
TAPI, ada satu pertanyaan yang sering mengganjal di benakku : akankah menjadi sesuatu yang berbeda jika aku dulu dilahirkan menjadi seorang Anak Manusia? Apakah aku juga akan menjadi seorang pencuri pada saat dewasa, jika terlalu lama dipaksa oleh kehidupan untuk menghadapi kerasnya dunia untuk hanya mencari sesuap nasi? Ah..kubuang jauh jauh pikiran percuma itu, karena aku tahu MANUSIA tidak mungkin seperti itu, SEBAB…..mereka punya MORAL dan derajad yang lebih tinggi diatasku !

Tidak ada komentar: