Kamis, 21 Mei 2009

Seperti di Televisi

Aldi terus merengek meminta ikut sang papa untuk pergi ke rapat RT (rukun tetangga). Pak Yono tidak bisa menolak kemauan anak nya karena jika tidak dituruti ia akan membanting banting pintu.
Sebenarnya Pak Yono serba salah, sudah sering anak nya membuat ulah saat rapat sedang berlangsung. Makanya Pak Yono enggan membawa Aldi kali ini.
“Oke..kamu boleh ikut, tapi janji sama papa tidak boleh nakal” jawab Pak Yono setelah Aldi merengek kesekian kalinya.
“Horeeeeee…” jawab Aldi si rambut keriting melonjak lonjak kegirangan.
Sesampainya di balai pertemuan, Aldi langsung loncat dari motor besar Pak Yono.
“Aldi..ingat kata papa, tidak boleh nakal” seru Pak Yono memperingatkan.
“Iya pa…” Aldi menjawab singkat kemudian menghilang menuju kerumunan anak anak kecil yang lain yang memaksa ikut orang tua mereka masing masing , seperti Aldi.
Rapat baru berlangsung setengah jam, ketika Pak Yono melihat Aldi terengah engah mendatangi ruang rapat dengan keringat bercucuran karena asyik berlarian dengan teman teman nya.
Belum sempat Aldi bersuara memanggil papa nya, Pak Yono buru buru sudah menempelkan jari telunjuk di bibir tanda ia tidak boleh diganggu.
Aldi yang sudah janji dari rumah tidak nakal, akhirnya mengurungkan niat untuk mengajak bicara sang papa yang sedang serius di tengah rapat.
Sekitar 10 menit kemudian, terdengar suara lantang Pak Satpam berbicara ke Aldi
“Ya ampun…..Aldi…..bapak kan sudah bilang jangan minum di situ, kok diulangi lagi, gimana tho ini….aku bilangin papa mu lho”
Pak Yono yang mendengar suara Pak Satpam memanggil Aldi buru buru keluar ruangan dan betapa kaget nya ia. Ia melihat Aldi sedang asyik minum air dari kran di samping balai rapat.
“Astaga Aldi, papa kan sudah bilang jangan nakal” seru Pak Yono
“Papa..ini kan bukan nakal, Aldi haus, Aldi ingat film orang bule di televisi kemarin, mereka kalau haus kan minum air kran” jawab Aldi dengan wajah polos nya. (elizatri)

Kamis, 07 Mei 2009

Memutus Rantai ( Indah, gelap dan terang bagian 3 )

Namanya Ayu, usia nya baru genap 7 tahun. Kalau dipikir Ayu memang masih tergolong anak kecil yang mempunyai hak untuk bermain. Ia memang bermain, tetapi di jalanan yang penuh dengan debu dan polusi.
Rambutnya yang halus panjang, tergerai begitu saja. Sudah tampak warna warna kemerahan oleh oleh dari terik nya matahari. Wajah nya yang polos sudah menunjukkan bibit kecantikan. Orang yang melihat pasti sudah bisa menebak seandainya dia didandani , penampilannya gak akan kalah dengan artis cilik yang sedang ngetop saat ini.
Dengan memegang potongan kayu yang sudah diikat dengan tutup tutup botol bersoda, ia mendatangi kendaraan mewah satu persatu saat lampu merah.
Hasil yang diperoleh tidak banyak, tetapi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya untuk jajan dan membeli sesuatu yang dia inginkan untuk anak seusianya.
Ia terpaksa melakukan ini semua, karena tidak ada pilihan lain, kakak nya yang bernama Indah sudah tidak bisa lagi memberikan ia uang jajan.
Ayu sangat mengagumi sang kakak, Ayu ingin seperti kakak nya kelak.
“ Kenapa kamu ingin seperti aku dik?” tanya Indah di suatu sore
“ Aku ingin cantik seperti kakak, pakai baju bagus, wangi, berdandan , dan pergi naik motor atau mobil keren…” jawab Ayu sambil memandangi kakak nya yang sedang ber dandan.
Indah hanya menunduk, menyimpan air mata yang menggenang di kelopak bawah matanya.
“ Kamu tidak boleh seperti aku dik, kamu harus belajar yang giat, kakak akan berusaha sekuat mungkin untuk membuatmu pintar “ Indah menjawab sambil memalingkan wajahnya yang sudah hampir basah oleh air mata.
“ Tapi kak… ibu pernah cerita, dulu ibu juga seperti kakak, tapi karena sekarang ibu sudah sering sakit aja jadi ibu tidak bisa cantik seperti kakak… “ Ayu memprotes karena ditolak keinginannya untuk menyamai sang kakak.
“ Ayu… kamu masih terlalu kecil, kakak tidak bisa cerita sekarang, tapi satu hal yang harus kamu ingat… kakak melakukan kesalahan karena meniru ibu, jangan kamu melakukan hal yang sama….demikian juga jika kakak punya anak gadis kelak, kakak tidak akan pernah mengijinkan ia menyamai kakak, kamu harus berani memutus rantai ini. “ Indah berusaha meyakinkan Ayu dengan jawabannya.
Ayu hanya mengerutkan dahi tidak mengerti…..terutama dengan perkataan kakak nya soal memutuskan rantai…. Apa sih yang dimaksud dengan memutuskan rantai ini…Ah..nanti akan kucari tahu sendiri jika aku sudah dewasa kelak. ( elizatri )

Minggu, 03 Mei 2009

Panjang Umur

Anak itu mendengarkan bujukan ibu nya untuk mau makan sayur. Ia mendengarkan dengan penuh konsentrasi.
“Ayo sayang…kamu coba ya sayur ini… hm… enak lho….” Ibu nya mencontoh kan sambil memakan sendiri bayam yang ada di piring dengan ekspresi dibuat seolah olah itu adalah makanan terlezat di dunia.
Anak itu tetap mendengarkan dengan penuh konsentrasi tapi sambil membekap mulutnya sendiri dengan telapak tangan mungil nya.
“Sayang…kalau kita banyak makan sayur…kita bisa lebih sehat dan panjang umur, coba lihat nenek, sekarang masih sehat , padahal umur nya sudah 80 tahun” ibu nya masih tersenyum membujuk.
Tetapi setelah satu jam berlalu dan anak itu tidak mempan dengan rayuan sang ibu, akhirnya ibu nya beristirahat membujuk dengan duduk kelelahan di meja makan.
Tanpa terasa, sang ibu tertidur di meja makan dan terbangun ketika sayup sayup terdengar suara anak nya berceloteh ke nenek yang sedang duduk menonton televise.
“Nenek…aku punya tebakan…sapi dan singa umur nya lebih panjang siapa?” tanya anak itu dengan wajah menggoda nenek yang sedang asyik menonton televise.
“Nenek gak tau sayang…” jawab nenek sambil mengangkat sang cucu dan menduduk kan di pangkuan nya.
“Lebih panjang umur sapi dong nek…soalnya kata mama kalau suka makan sayur umur nya bisa lebih panjang…. kan singa gak suka makan sayur….jadi dia lebih pendek umur nya” jawab anak itu dengan bangga karena sudah bisa membuat tebak tebak an yang menurutnya sangat menarik.
Hmmm…. Sang ibu yang mendengarkan celoteh anak nya cuma bisa tersenyum dan kembali berusaha membujuk si anak untuk mau makan sayur nya. ( elizatri )