Sayur…sayur….aku terus berteriak menjajakan barang dagangan ku. Aku tahu, panas sudah semakin terik, tapi aku harus terus berkeliling hari ini. Gerobak
sayur ku belum kosong benar, masih ada sayur kangkung, buncis, dan kacang panjang yang sudah semakin layu. Aku tetap berharap ada yang mau membelinya.
Hari ini hari pertama ku kembali berkeliling untuk berjualan, seminggu kemarin aku benar benar tidak bisa keluar dari rumah. Aku harus menjaga cucu ku seharian suntuk. Waktu ku habis hanya untuk cucu ku yang baru berumur 1 minggu. Ingin rasanya aku mengeluh, kenapa bukan ibunya sendiri yang harus menjaga. Tapi, setiap aku melihat kondisi ibunya yang masih lemah, aku tidak tega menyuruhnya menjaga anak nya sendiri.
Anak ku melahirkan cucu ku 1 minggu yang lalu, kasihan sekali aku melihat kondisinya, air ketuban pecah tiba tiba, padahal usia kehamilannya baru 8 bulan.
Dengan motor pinjaman, aku dan menantu laki laki ku membawa anakku ke bidan untuk melahirkan. Tapi, bidan menolak, dengan alasan masih 8 bulan dan ada kelainan pada kehamilannya. Memang sih, aku tahu ini bukan hal yang normal, tapi aku memikirkan biaya bila harus kubawa ke rumah sakit.
Hhh…akhirnya dengan terpaksa kubawa anakku ke rumah sakit bersalin. Ternyata, selain akan lahir premature, cucu ku juga dalam posisi sungsang.
Sudahlah, aku semakin pasrah saja, meskipun harus di operasi. Aku tahu, seharusnya ini tanggung jawab suaminya, tapi, aku juga tahu suaminya tidak bisa membayar semua biaya. Dan, kadang itu yang menjadi penyesalanku kenapa dulu aku cepat cepat menyetujui pernikahan mereka padahal mereka berdua masih muda sekali. Belum sanggup mental jika harus menanggung beban seberat sekarang.
Naluri sebagai ibu mendorongku untuk mengesampingkan siapa yang harus bertanggung jawab. Yang penting, anak dan cucu ku selamat.
Masalah tidak berakhir setelah cucu ku lahir, aku baru tahu betapa repotnya mengurus sesuatu yang tidak normal. Cucu ku harus dirawat dengan biaya 250 ribu sehari. Oh Tuhan..aku tidak sanggup, akhirnya, setelah 3 hari ia kubawa pulang. Meskipun aku tahu tidak akan bisa memberikan fasilitas yang harus diberikan untuk bayi premature dengan berat 1,5 kg.
Dengan lampu seadanya, aku me manasi cucuku yang mungil. Semalam suntuk aku menjaganya.
Hingga hari ini, aku harus kembali berkeliling di terik matahari untuk mencari biaya merawat cucu ku. Mungkin terdengar sulit untuk menjadikan cucuku menjadi bayi montok. Tapi, apa sih yang tidak mungkin di dunia ini?Ada seorang Ibu langganan
sayur ku mengatakan, ini rejeki ku, jangan ditolak dan jangan mengeluh. Hm..setelah kupikir memang sekarang cucuku ini belum terlihat nyata sebagai apa yang disebut rejeki. Tapi, aku harus terus berpikir positif, hal ini benar benar rejeki buatku. Karena , sekali lagi kukatakan…apa yang tidak mungkin di dunia ini?