Kamis, 23 Oktober 2008

mendamba anak

Anak merupakan anugerah Tuhan yang harus kita rawat, jaga, dan kita cukupi kebutuhannnya sampai ia dapat mandiri. Banyak pasangan yang setelah sekian tahun menikah belum juga dikaruniai anak. Bermacam macam pula penyebab yang membuat mereka belum mendapat anugerah dari Tuhan. Sebagai manusia biasa kita tidak bisa terus menerus menanyakan kenapa "hadiah" itu belum juga diberikan untuk kita. Kita harus bisa bersyukur setiap kali kita ingin bertanya " kenapa Tuhan?"
Banyak yang bisa kita syukuri dalam kehidupan ini, dari mulai kita bangun dalam keadaan sehat pada pagi hari hingga kita dapat beristirahat dengan tenang malam hari sudah merupakan ungkapan syukur bila kita berterimakasih padaNYa.
Saya dan suami selalu berusaha mengucap syukur saat kami ingin bertanya "kenapa"

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Anak....anugrah atau bencana??? Bagi yang mendambakan seorang anak, kehadiran si buah hati tentunya merupaka suatu anugrah yang tak terhingga. Memang ada perasaan yang amat sangat susah dilukiskan pada saat kita memeluk si buah hati. Tetapi ada juga yang beranggapan bahwa setelah kita memiliki anak, kita akan "diperbudak" sepanjang hidup kita. Bagaimana tidak? sejak bayi, kita rawat, sang ibu betul2 memeras tenaga dan pikirannya untuk membesarkan si bayi: saat usia sekolah, kita memikirkan dan berusaha agar anak bisa mendapat sekolah yang terbaik, sampai akhirnya si anak mandiri. Tapi lepas dari semua itu anugrah atau bencana...saat kita memiliki anak, hanya ada rasa syukur, kita memiliki sesuatu dimana kita rela berkorban apa saja demi dia. Tidak ada cinta yang melebihi cinta kepada seorang anak.
Pasangan yang belum dikaruniai anak?? apakah perlu berkecil hati?? Tentu saja tidak. Tuhan masih memberikan waktu untuk menhabiskan waktu berdua dengan pasangan. Nikmatilah waktu berdua yang dimiliki.

elizatri mengatakan...

memang ironis ya, antara anugerah dan bencana pembatasnya hanya tipis sekali.